Dibalik Ritual Bongkar Makam Ala Resi dan Sumanto

KASUS pembongkaran dan pencurian mayat yang dilakukan Resi Rokisuhana alias Satria Pamungkas (27), warga Kelurahan Gunungsimping, Kecamatan Cilacap Tengah, Kabupaten, bukan kali pertama terjadi di eks Karisidenan Banyumas, Jawa Tengah. Tentu kita masih ingat Sumanto, yang pernah dijuluki ‘Kanibal dari Purbalingga’ bukan? Ya, Sumanto, warga Desa Plumutan, Kecamatan Kemangkon, Kabupaten Purbalingga itu pada awal 2003 lalu menggemparkan masyarakat Indonesia bahkan dunia. Dia mencuri mayat seorang nenek yang belum genap 24 jam dimakamkan. Mayat tersebut dimakan, bahkan ada yang dimakan mentah-mentah.

Kendati tidak dimakan seperti Sumato, namun perbuatan Resi membongkar makam dan mencuri sebagian organ tubuh orang yang telah dimakamkan, memiliki motif mistis. Keduanya menginginkan sesuatu kemampuan atau kekuatan lebih dari orang lain. Resi ingin bisa terbang dan menghilang, sedangkan Sumanto ingin kuat dan kaya.

Pertanyaannya, adakah factor lain yang lebih rasional yang melatari keduanya melakukan hal tidak manusiawi tersebut? tentu ada. Faktor Ekonomi dan pendidikan tentunya.

Dari informasi yang diperoleh jogjakartanews.com, Resi adalah pemuda yang tergolong terbelakang dalam hal pendidikan. Kabarnya, dia hanya lulusan SMP. Meski demikian, nalurinya sebagai manusia yang ingin hidup enak tak hilang. Karena keterbatasan ekonomi keluarga dan skill pribadinya untuk bekerja yang layak, akhirnya Resi mencari cara sendiri untuk memenuhi hasratnya. Diantaranya dengan sering melakukan ritual di tempat-tempat yang ‘dikeramatkan’ oleh sebagian orang.

Karena merasa kuat dari hasil ritual-ritualnya, dia juga melakukan perbuatan menyimpang, seperti mencuri kendaraan bermotor, memalak warga untuk meminta rokok dan makanan. Hingga akirnya, orang tuanya pun tidak mengakui, dan mengusirnya dari rumah. Kondisi demikian justeru semakin membuat Resi bertambah irasional. Dengan alasan mendapat bisikan ghaib dari yang disebutnya ‘ratu srandil’, resi mencuri kain kafan (mori), bahkan organ tubuh orang meninggal . Srandil merupakan kawasan di Cilacap yang sering dikunjungi peziarah. Di tempat itu terdapat sejumlah makam seperti Eyang Guru, atau Eyang Sukmo Sejati, atau Eyang Sukmo Sejati Kunci Sari Dana Sari. Resi Percaya jika mencuri kain kafan dan sebagian organ tubuh orang meninggal, dia bisa menghilang dan bisa terbang.

Kondisi Resi tak jauh berbeda dengan Sumanto, yang bahkan tak lulus SD. Sumanto juga berasal dari keluarga dengan tingkat ekonomi rendah. Sumanto juga melakukan hal-hal menyimpang demi memenuhi hasrat hidup enaknya. Dengan alasan diperintahkan guru spiritualnya bernama Taslim, saat merantau ke Lampung, Sumanto memakan mayat manusia. Dia percaya dengan memakan mayat dia bisa kuat dan kaya.

Meski diakui masih ada kecenderungan mistik dalam kultur masyarakat Indonesia, khususnya masyarakat budaya Jawa, namun apa yang dilakukan Resi dan Sumanto, tidak ada pakemnya, sebab jauh dari rasa kemanusiaan. Pakem kebudayaan jawa yang adiluhung sesungguhnya tak ada yang melenceng dari rasa kemanusiaan dan ketuhanan.

Kendati demikian, Sumanto dan Resi tetaplah manusia yang layak diberi kesempatan bertaubat. Seperti Sumanto yang dulu sempat ditolak warga desanya untuk kembali, setelah belajar di sebuah Pondok Pesantren, akhirnya diterima masyarakat. Semoga demikian juga dengan Resi, agar mendapat rakhmat -Nya, sehingga kelak menjadi warga Negara yang baik.(gng)

Redaktur: Syarifudin

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Powered by rasalogi.com