Titiek Soeharto Optimistis Indonesia Bisa ‘Lucuti’ Hegemoni Asing

SLEMAN – Putri Presiden RI Ke 2, Soeharto, Siti Hediati Soeharto menilai proses integrasi kebangsaan hingga saat ini masih mengalami gangguan. Persolan  seperti adanya indikasi dis integrasi (perpecahan) di beberapa wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) seperti Papua dan Aceh, pertumbuhan ekonomi yang tidak merata sehingga angka kemiskinan dan pengangguran masih tinggi, serta ketergantungan dengan bangsa lain, belum dituntaskan oleh Negara (pemerintah, red).

“Untuk itu saya mengajak terhadap seganap masyarakat agar bisa berfikir jernih dan selalu mengkaji perjalanan sejarah negara dan bangsa ini. Dulu Indonesia adalah bangsa yang disegani dunia, bahkan disebut macan Asia, kenapa kita tidak bisa mempertahankannya? Harusnya sekarang Indonesia menjadi lebih hebat,” tutur Siti Hediati Suharto, saat menjadi keynote speaker (pembicara) dalam dialog Kebangsaan yang diselenggarakan Dewan Mahasiswa (DEMA) Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta di Teatrikal Perpustakaan UIN Rabu (05/03/2014).

Siti Hediati Soeharto yang akrab disapa Mba Titiek Soeharto memaparkan, persoalan bangsa yang perlu diprioritaskan untuk segera ditangani dengan serius adalah dibidang ekonomi. Ditandaskan Titiek, Indonesia mestinya mampu memenuhi swasembada pangan. Entah itu dari sektor pertanian, perikanan, peternakan, perkebunan, dan industri hulu hingga hilir.

“Indonesia dikenal sebagai Negara agraria sekaligus maritim, jadi sangat ironis jika beras dan garam sampai import dari Negara lain,” tukas alumni Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia ini.

Jika sektor pertanian dan kelautan tersebut bisa dioptimalkan, kata Titiek, maka perekonomian di Indonesia akan lebih maju.

“Bukan tidak mungkin Indonesia menjadi macan Asia bersanding dengan Korea Selatan. Bukan tidak mungkin Indonesia bisa menjadi macan di dunia, atau kekuatan ekonomi dunia,” tandas tokoh nasional yang aktif sebagai Ketua Umum Persatuan Panahan Indonesia (PERPANI) dan Ketua Umum Yayasan Seni Rupa Indonesia (YSRI) ini .

Titiek menambahkan, ke depan pembangunan nasional harus dilaksanakan dengan tujuan membangun kemandirian Indonesia di segala bidang.

“Untuk itu tak cukup dengan kecerdasan intelektual saja, akan tetapi juga dibutuhkan ketulusan dan keberanian melucuti hegemoni asing di Indonesia,” pungkas Titiek yang juga menjabat Pembina Yayasan Supersemar, Pembina Yayasan Purna Bhakti Pertiwi dan aktif sebagai pengurus DPP Golkar sebagai Ketua Bidang Tani dan Nelayan.

Sekadar informasi, dalam dialog kebangsaan bertema ‘Tantangan dan Harapan Masa depan Indonesia Pasca 2014’ tersebut Titiek Suharto, dipanelkan dengan Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Hemas selaku DPD RI, dan aktivis sosial, Hafizen Barbarosa. (kim)

Redaktur: Azwar Anas

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Powered by rasalogi.com