HmI Cabang Semarang Ajak Pemilih Pemula untuk Tidak Golput

SEMARANG – Pemuda memiliki tugas besar dalam mengawal jalannya pemilu 2014 mendatang. Pemuda diharapkan dapat menjadi agen perubahan serta memberikan pembelajaran yang positif bagi para pemilih. Hal tersebut mengemuka dalam diskusi publik tanggal 7 April 2014 dengan tema “Peran Serta Pemuda dalam Mengawal Pemilu 2014 sebagai Upaya Meningkatkan Demokrasi Pancasila” yang dilaksanakan oleh HMI Cabang Semarang di aula hotel Grasia Semarang.

Hadir sebagai nerasumber dalam dialog publik ini Dosen Fakultas FKIP Unissula, Ari Sentani S.T.,M.Sc, ketua perwakilan Ombudsman Jateng Ahmad Zaid S.H., M.H dan aktifis pemuda sekaligus pelaksana pemilu kecamatan (PPK) Darmanto S.I.P. Bertindak sebagai moderator dialog yakni kepala bidang pembardayaan anggota (PAO) HMI Cabang Semarang, Sifaul Amsil Mubarok.

Dalam diskusi publik yang dihadiri kurang lebih 100 orang perwakilan dari organisasi kepemudaan (OKP) dan ketua komisariat HMI yang ada di Semarang ini, Ari Sentani memprediksi potensi golput semakin meningkat. Tahun 1999 golput mencapai 20%. 2004 merangkak naik ke 23%. 2009 naik lagi 29%. Tahun ini diprediksi hampir 50% masyarakat golput. Dengan golput, berarti kita rela bangsa ini dipilih oleh caleg incumbent itu.

“Pemilih pemula cenderung apolitis. Menganggap politik kotor. Padahal politik adalah usaha untuk pembangunan. Untuk itu pemuda harus aktif mencari informasi dan ikut serta dalam pemilu. OKP dan mahasiswa harus bersiap mengawal pemilu 2014. Kita bisa menjadi saksi independen. Agar pemilu bisa lebih adil dan jujur. HMI bisa menjadi motor menyukseskan pemilu 2014.” tegasnya.

Ahmad Zaid dalam kesempatan ini menyampaikan, “Sekarang antar sesama caleg rebutan suara. Sesama partai juga. Yang jadi ya menghalalkan segala cara. Peran pemuda yang pertama apa? Ya jangan golput. Kedua jadilah pengawas independen. Kalau sekarang yang menang ya Golputnya.” katanya.

“Di sinilah fungsi pemuda sebagai agent of control (agen kontrol). Namun realitanya sekarang banyak mahasiswa yang sudah terkena budaya hedonisme. Peran pemuda sebagai agent of control itu kini sudah sulit ditemukan,” imbuhnya.

Sementara pembicara terakhir, Darmanto lebih menyoroti belum terciptanya demokrasi yang sesungguhnya di bangsa ini. Menurutnya, Indonesia saat ini tengah dalam tahapan belajar berdemokrasi. Untuk dapat merasakan demokrasi seperti yang diimpikan masyarakat, bangsa ini masih memerlukan waktu yang cukup lama.

“Puluhan tahun terbelenggu rezim orde baru, namun setelah reformasi bergulir rakyat memiliki kekuatan untuk menyuarakan pendapatnya. Hak azasi manusia lebih dihargai dan yang paling utama yakni kebebasan pers mulai terjadi di negeri ini. Peran pers bahkan disejajarkan dengan tiga pilar demokrasi lainnya yakni Eksekutif, Legislatif dan Yudikatif,” jelasnya.

Dalam sambutanya ketua Umum HMI Cabang Semarang, Aat Eska F, tugas pemuda saat ini, yakni memberikan pembelajaran politik yang positif bagi masyarakat. Pemuda diharapkan tak lagi antipati dengan politik maupun pemerintahan, namun justru sebaliknya dapat menjadi contoh yang baik bagi para pemilih. (bom)

Redaktur: Aristianto Zamzani

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Powered by rasalogi.com