Ruwatan Pametri di Rumah Amin Rais Dinilai Politisasi Budaya Tak Sehat

YOGYAKARTA – Ruwatan yang dilakukan Paguyuban Masyarakat Tradisi (Pametri) yang dikoordinir oleh Agus Sunandar di tempat tokoh Reformasi, Amien Rais, dinilai sebagai upaya politisasi budaya secara tak sehat.

Hal itu dikatakan pengasuh komunitas studi kebudayaan dan politik Lawang Ngajeng, Wahyu NH Aly.

“Ruwatan sebagai bagian dari unsur budaya Jawa, dengan nilai yang dikandungnya,  tidak layak dijadikan alat propaganda,” katanya kepada jogjakartanews.com, Minggu (19/10/2014) petang.

Ia juga mengatakan, Pametri kurang memahami nilai-nilai ruwatan, sehingga keliru dalam menempatkan budaya ruwatan.

“Semestinya yang diruwat itu Pametrinya, bukan Amien Rais,” tambah budayawan muda yang biasa disapa Gus Wahyu ini.

Gus Wahyu menyatakan, meskipun dirinya berbeda pendapat dengan Amien Rais tentang Pilkada, namun tetap menghargai pandangan Ketua Majelis Pertimbangan Partai (MPP) Dewan Pimpian Pusat Partai Amanat Nasional (DPP PAN) tersebut.

“Saya lebih cocok Pilkada langsung. Ini beda dengan Pak Amien. Tapi perbedaan ini bukan berdasar mana yang salah dan mana yang benar. Perbedaan ini latar belakangnya itu mana yang lebih maslahah. Itu saja,” paparnya.

Gus Wahyu menambahkan, perihal pendapat Pilkada langsung dan tak langsung, keduanya memiliki unsur kebaikan. Dengan demikian, tidak ada hak saling menyalahkan dari keduanya. Melainkan untuk terus mendiskusikan hingga ada hasil yang terbaik.

Meski demikian, Gus Wahyu juga tidak sependapat apabila Pametri dipolisikan. Menurutnya, hal tersebut justru bisa mengurangi nilai-nilai reformasi yang diperjuangankan Amien Rais.

“Seharusnya cukup diselesaikan secara baik-baik, dengan dialog. Bukan dipolisikan. Saya percaya Pak Amien bisa besikap bijak, karena dia tokoh reformasi. Semua tentu kita kembalikan pada yang bersangkutan,” tutupnya. (pr/ded)

Redaktur: Rudi F

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Powered by rasalogi.com