Terkait Pembangunan Pabrik Semen di Rembang, SPMP Himbau Mahasiswa Jangan Perkeruh Suasana

SEMARANG. Solidaritas Pemuda dan Mahasiswa Pantura (SPMP) akan melakukan aksi perdamaian di Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN) Semarang pada Jumat (03/04/2015). Mereka mendatangi sidang gugatan terhadap Izin Lingkungan Kegiatan Penambangan dan Pembangunan Pabrik Semen oleh PT Semen Gresik (Persero) Tbk (PTSI) di Kabupaten Rembang, Jawa Tengah. Ketua SPMR Cabang Rembang Haryadi memaklumi adanya pro dan kontra dalam sebuah rencana pendirian pabrik di suatu tempat.

Dia mengatakan aksi ini dilakukan karena mendapat informasi pergerakan mahasiswa yang akan berdemontrasi mendukung gerakan penolakan pembangunan pabrik semen. Selain pihak yang menolak, dia mendengar bakal ada aksi serupa dari pihak yang mendukung pendirian pabrik semen. “Kami menyerukan agar gerakan mahasiswa tidak memperkeruh suasana di kawasan sekeliling pabrik,” kata Haryadi, sebagaimana dalam rilis kepada jogjakartanews.com (01/04/2015)

Lebih jauh, sebagai warga Rembang, Haryadi meminta mahasiswa yang tidak mengetahui fakta sebenarnya di lokasi tambang bisa bersikap lebih dewasa dan arif. Menurutnya, tidak terlihat perpecahan antara pihak yang pro dan kontra di antara warga desa Ring 1. Suasana mencekam yang digambarkan melalui berbagai media termasuk media sosial adalah hasil eksploitasi dari pihak luar.

Hal senada diungkapkan Mahasiswa Universitas Negeri Semarang Bagus Selo Nugroho, yang mengikuti aksi SPMP Rembang. Sebagai warga Desa Tegaldowo, lokasi Ring 1 Pabrik PTSI, Bagus menyesalkan aksi kawan-kawan mahasiswa yang asal menolak tanpa pernah melihat langsung kondisi di lapangan. “Sebagian besar warga di desa kami tidak pernah merasa kehadiran pabrik semen sebagai ancaman. Tapi, justru membawa banyak perubahan positif,” tegas Bagus.

Kehadiran tambang di kawasan Gunung Bokong, Rembang sudah sejak tahun 1970an. Bagus mengaku sudah tidak terkejut dengan puluhan truk yang mondar-mandir mengangkut hasil tambang. Bahkan, sejak proses pembangunan pabrik PTSI berlangsung, jumlah warga yang memiliki truk dan terlibat dalam pembangunan justru semakin banyak.

Berkenaan dengan itu, aksi mahasiswa ini menyerukan kepada seluruh pihak yang berada di luar Rembang agar tidak memprovokasi kerukunan dan kedamaian warga desa yang selama ini berjalan menjadi terkoyak. “Kami hadir di sini sebagai mahasiswa yang sadar akan arti penting kerukunan warga dalam rangka mencapai kemakmuran dan kesejahteraan Rembang,” pungkas Haryadi. (ian)

Redaktur: Rudi F

 

Sekilas SPMP
SPMR adalah kumpulan pemuda dan mahasiswa yang tinggal di sepanjang Pantai Utara Jawa. Organisasi ini berdiri sejak tahun 2013 dan memiliki lebih dari 1.000 anggota yang tersebar di berbagai universitas di Jawa. Anggota SPMR yang terlibat dalam aksi kali ini berasal dari Universitas Diponegoro, Universitas Negeri Semarang, Universitas Sultan Agung, UIN Walisongo,Universitas Islam Sultan Fatah Demak, dan STAIN Kudus.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Powered by rasalogi.com