Cengkeraman Investasi Cina Bisa Membahayakan Kedaulatan NKRI

JAKARTA – Kebijakan pemerintahan Presiden Joko Widodo yang akan membangun infrastruktur guna memperlancar arus barang dan jasa dengan luar negeri, perlu diwaspadai. Sebab, ada indikasi China yang akan memborong proyek infrastuktur tersebut berkepntingan besar menancapkan monopolinya, serta membahayakan kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

“Indonesia target utama China untuk mengeruk keuntungan. Dengan jumlah penduduk besar dan memiliki masyarakat kelas mengah yang mencapai 74 juta jiwa, Indonesia merupakan pangsa pasar yang strategis. Pada pertemua APEC tahun lalu, pemerintah China berkomitmen untuk melakukan investasi di Indoneaia sebesar 32,8 miliar USD. Itu diantaranya untuk membangun infrastruktur,” ungkap peneliti Indonesia National Development Study Instititute (INDESI),Chaerudin Affan, SE, dalam keterangan pers yang diterima jogjakartanews.com, Selasa (23/06/2015) malam.

Dijelaskan Affan, China terkenal dengan ekspansi ekonominya. Menurutnya, Amerika sebagai negara adidaya saja berhutang kepada China sebanyak 1,26 triliun USD, sampai akhir 2013 dan itu adalah hutang terbesar Amerika ke negara lain.

“Sebagai Negara dengan GDP kedua terbesar di dunia, China memiliki kepentingan yang besar terhadap Negara- Negara ASEAN, yaitu atas pembangunan infrastruktur di negara-negara yang tergabung di ASEAN, termasuk Indonesia,” tukas Affan yang mahasiswa Pasca Sarjana FISIP UI.

Dijelaskan Affan, di dalam pidatonya Presiden China Xi Jinping pada forum bisnis APEC 2013 mengatakan, bahwa China berkomitmen untuk membangun kerangka kerja sama regional trans-Pasifik. Itu sebelumnya China dan anggota ASEAN sepakat meningkatkan perdagangan dua arah. China targetkan nilai perdagangan tersebut menjadi satu triliun dolar AS pada 2020.

“Untuk terus meningkatkan nilai investasi dan menjaga stabilitas pasar, China harus fokus untuk mengamankan ketersedian prodak di pasar sekaligus mengamankan ketersedian bahan dasar produk. Indonesia juga memiliki peran krusial terhadap China dalam hal ini. Indonesia bukan hanya target market China, tapi juga sebagai penyedia bahan pokok produksi industri. Oleh sebab itu China memerlukan akses transportasi yang efisien dan efektif, sehingga mengembangkan kereta super cepatnya, dan membuat proyek ambisius kerta api China-Surabaya,” katanya.

Masih menurut Affan, ASEAN akan membuat Trans-ASEAN-China Rail Link yang di dukung penuh oleh pemerintah China. Proyek ini, kata Affan,  akan menghubungkan Kumning dengan Singapura, bahkan kemudian antara Singapura dan Kuala Lumpur yang ditarget pada tahun 2020 mendatang, serta yang melalui Thailand.

“Melihat peluang tersebut, Pemerintah kita Menginginkan juga adanya sambungan rel-kereta sampai ke Surabaya. Pemerintah kita yakin, pengiriman logistik lewat jalur KA lebih efisien dibanding hanya mengandalkan kapal. Setelah proyek ambisius ini selesai maka ASEAN akan menyerupai UNI EROPA. Negara di ASEAN akan tersambung dengan jarak tempuh yang semakin singkat dan biyaya yang terjangkau. Kondisi tersebut akan menguatkan konsep regional ASEAN, yang akan berdampak pada Ekonomi Negara-Negara di ASEAN,” tukasnya.

Namun di sisi lain, Affan mengatakan China sebagai motor penggerak proyek ambisius ini akan memegang kontrol penuh, mengingat kepentingan mereka dalam hal bisnis. Oleh sebab itu, menurut Affan Negara-Negara ASEAN harus pula menyiapkan berbagai strategi agar kedaulatan negaranya tidak dirampas oleh China.

“Dampak dari proyek kereta tersebut tidak hanya akan berpengaruh pada ekonomi negara-negara ASEAN, tapi akan merubah dua dimensi besar di dunia yaitu Geo Politik dan geo ekonomi. Di dalam dimensi geo politik, maka yang akan berubah adalah hubungan relasi kuasa. Proyek tersebut pastinya akan menghilangkan hubungan relasi kuasa antara Amerika dan Inggris yang semula merupakan negara adidaya terhadap Negara-Negara ASEAN. Sentrum power ASEAN akan berpaling ke China sebagai Negara Adidaya baru,” ujarnya.

Dimensi kedua, Affan menambahkan, yaitu dimensi ekonomi yang akan mengalami perubahan. Benturan bisnis menurutnya juga akan terjadi terjadi antara trans ASEAN dengan dua perusahan pesawat terbesar di dunia yaitu penggunaan pesawat boing dan air bus akan menurun.

“Namun, Baik Amerika- Inggris- ataupun China, mereka hanya akan memikirkan kedaulatan negaranya. Perkembangan pergaulan internasional yang semakin liberal, membuat semua negara dapat menjadi mangsa atau pemangsa. Negara berkembang dalam hal ini Indonesia hanya akan dipandang sebagai pijakan untuk kedaulatan negara mereka masing- masing,” tandasnya.

“Jadi, tidak ada alasan untuk negara kita bergantung pada negara manapun untuk menegakan kedaulatan NKRI, dan menciptakan kesejahteraan rakyat Indonesia. Oleh karenanya diperlukan keseriusan pemerintah untuk menciptakan kemandirian ekonominya dan kedaulatan politiknya, tanpa campurtangan negara lain,” pungkasnya. (pr)

Redaktur: Rudi F

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Powered by rasalogi.com