Tekan Kasus KDRT, Menteri Yohana Minta Pemda di Papua Buat Perda Miras yang Ketat

BIAK – Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Menteri PP dan PA), Yohana Yambise mengungkapkan Di Indonesia, tingkat Kekerasan dalam Rumah Tangga (KDRT) yaitu kekerasan fisik, tertinggi di daerah Papua, dengan korbannya kebanyakan adalah perempuan.

Hal itu diungkapkan menteri Yohana usai menghadiri “Festival Biak Munara Wampasi” (Festival BMW) Tahun 2015 di Biak Numfor, Papua, yang digelar sejak tanggal 1 hingga 4 Juli 2015.

Menurutnya pemicu KDRT utamanya adalah minuman keras. Untuk itu, Yohana menghimbau   dengan tegas agar pemerintah daerah dapat membuat Peraturan Daerah (Perda) yang ketat untuk mengatasi penyebaran minuman keras,  terutama generasi muda.

“Kita perempuan Biak harus bangkit dan melawan KDRT dan mitra  atau laki-laki harus merubah minsetnya untuk  menghargai harkat dan martabat perempuan,” imbau Yohana dalam keterangan pers resmi Kemen PP dan PA yang diterima jogjakartanews.com, Minggu (05/07/2015) malam.

Sementara itu, dikatakan Yohana, kekerasan seksual merupakan bentuk kekerasan yang paling banyak terjadi pada anak, dengan pelakunya adalah orang-orang terdekat di sekitar rumah.

“Saya juga ingin melindungi anak-anak, kepada para orang  yang hadir disini saya berpesan untuk memperhatikan  dan tidak melakukan kekerasan terhadap mereka. Suku Biak harus mendukung saya, agar ke depan Biak dapat menjadi model untuk mengurangi angka kekerasan terhadap perempuan dan anak”, kata Yohana kepada ribuan masyarakat yang menghadiri Festival BMW.

Yohana juga memberikan apresiasi yang tinggi  kepada Bupati Biak Numfor, Thomas AE Ondy atas upayanya melestarikan dan mempromosikan wisata budaya adat daerah melalui Festival BMW. Pemerintah daerah Biak Numfor juga telah melibatkan perempuan melalui pameran ekonomi kreatif atau industri rumahan yang digelar. 

“Ke depan, produk-produk industri rumahan yang diciptakan ibu-ibu disini harus bisa diberdayakan atau dipasarkan,” ungkap Yohana.

Yohana juga mengatakan, ke depan anak-anak Biak bisa ikut dilibatkan dalam festival seperti ini. Menurutnya, Biak juga harus mulai merintis sebagai Kabupaten yang layak anak. Dijelaskan Yohana, terdapat 31 indikator yang harus dicapai untuk bisa membawa Biak menuju kabupaten  layak anak.

Diantaranya, kata dia,  adalah ada tempat bermain anak,  rumah kreatif, dan lain-lain. Untuk itu, diharapkan CSR, lembaga masyarakat, perusahaan-perusahaan swasta, dan pihak-pihak lainnya dapat membantu pemerintah untuk membangun fasilitas untuk anak tersebut di kabupaten/kota Biak.

“Saya harap Kabupaten Biak Numfor bisa diinisiasi menuju kabupaten layak anak, anak-anak merupakan aset negara, khususnya aset untuk Kabupaten Biak yang harus dijaga sehingga ke depan kabupaten Biak dapat ramah anak dan ramah perempuan,” pungkasnya. (pr)

Redaktur: Rudi F

 

 

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Powered by rasalogi.com