Goa Lawa, Perut Bumi Tempat Ritual Dua Tradisi

PURBALINGGA – Sebagai salah satu destinasi wisata di Purbalingga, keberadaan Goa Lawa cukup dikenal wisatawan domestik. Selain Wisata alam, goa Lawa atau goa kelelawar ini juga dikenal sebagai tempat wista religi.

Menutut guide goa Lawa Sumarso(50) asal nama Goa Lawa, karana goa yang sudah diresmikan sebagai tempat wisata sejak 30 November 1973 tersebut merupakan tempat tinggal jutaan Kelelawar atau dalam bahasa jawa disebut Lawa. Sedangkan dari nilai historisnya, konon Goa Lawa merupakan petilasan atau tempat pertemuan wali songo (9 ulama penyebar agama Islam di Pulau Jawa). Jejak peninggalan para wali tersebut diantaranya tempat ibadah Sunan Drajat atau sendang Drajat.

“Konon dulu yang lebih sering menempati goa Lawa ini beliau Sunan Drajat,” katanya kepada jogjakartanews.com.

Lokasi goa yang berada di tengah hutan pinus kaki Gunung Slamet tersebut juga kerap didatangi para pegiat budaya Jawa untuk mengadakan ritual tertentu seperti bertapa.

“Biasanya malam Jum’at Kliwon banyak yang datang untuk bertapa. Menurut kepercayaan kalangan kejawen, dengan bertapa di Goa Lawa, bisa mengabulkan keinginan dan cita-cita,” ujarnya.

Tak hanya dari kelas masyarakat biasa, kalangan petinggi kraton-kraton di Jawa seperti dari Kraton Ngayugyokarto Hadiningrat, Kraton Surakarta, dan Citebon juga kerap menggelar ritual di goa yang terletak di Desa Siwarak, Kecamatan Karangreja, Purbalingga ini. Ketika memasuki goa lawa, wisatawan akan disuguhi pemandangan perut bumi yang menakjubkan. Kendati tidak lagi terlihat stalaktit dan stalagmit yang terlihat besar, namun, lorong-lorong goanya cukup banyak. Wisatawan juga tak perlu khawatir soal penerangan dan akses jalan di dalam, sebab sudah dibangun jalan dan penerangan yang memadai. Ada sedikitnya 13 ventilasi Goa, dan goa-goa yang terhubung dengan goa utama yang disebut Goa Rahayu. Diantranya ada Goa Angin yang diameternya terkecul diantara lobag goa lainnya. Goa angin berada di depan gerbang pintu masuk lokasi goa.

“Kadang muncul angin bergemuruh dari dalam goa Angin ini,” kata Sumarso.

Dikatakan Sumarso, di dalam goa juga banyak terdapat nama-nama lorong seperti Gangsiran Bupati Goentoer yang artinya tempat pertapaan Bupati Goentoer Darjono, yang meresmikan pembukaan Goa. Sayang, ikon wisata alam dan religi tersebut saat ini keberadaannya kurang terawat. Pantauan jogjakartanews.com fasilitas – fasilitas taman belum berkembang, belim modernisasi dan inovasi baru yanh menarik wisatawan. Selain itu pagar pembatas sudah banyak yang rusak, sehingga memungkinkan wisatawan masuk tanpa membayar tetribusi. Di dalam goa juga belum ada renovasi seperti pengecatan ulang tangga. (rep)

Redaktur: Rudi F

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Powered by rasalogi.com