Budaya  

Filosofi Bunga di Kraton Ternyata Cermin Bertutur Rakyat Yogyakarta

SETIAP bangunan dan ruangan yang ada di Kraton Ngayugyokarto Hadiningrat mengandung banyak makna dan filosofi, tak terkecuali bunga yang ditanam di sekitarnya, seperti Mawar, Melati dan Kanthil.

Mawar yang dikenal dengan keindahan dan harumnya ini ternyata memiliki makna yang sangat dalam, yaitu, lamun wis winawar ing tembung manis.  Artinya, kata-kata yang disinergikan lalu ditawarkan dalam bahasa yang lembut atau manis.

Melati tak kalah dalam maknanya dengan Mawar. Bunga beraroma harum ini memiliki makna kedaling lathi yang berarti ucapan yang diungkapkan dengan lidah penuh ketulusan.

Sebagaimana Mawar dan Melati, Kanthil juga menjadi bunga yang banyak ditanam di lingkungan Kraton. Bunga ini ternyata bermakna  kumanthil-kanthil resep sak jroning ati yang artinya kata kata yang selalu terkenang dalam hati.

Jika digabungkan makna ketiga bunga tersebut seakan memberi gambaran pendidikan bertutur kata bagi penghuni kraton, hingga masyarakat bawah.  Seluruh rakyat Yogyakarta, dari Raja hingga Rakyat biasa dalam berucap agar lamun wis winawar ing tembung manis, kedaling lathi, kumanthil-kanthil resep sak jroning ati.

Tak heran jika apa yang disabdakan raja kraton Yogyakarta untuk publik dengan bahasa yang mencerminkan makna dan filosofi dari bunga-bunga indah nan wangi yang banyak ditanam di lingkunan kraton. Tak terkecuali juga dengan budaya bertutur kata masyarakat Yogyakarta yang dikenal halus dan ramah tamah. (Rudi F)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Powered by rasalogi.com