Memprihatinkan, Angka Kematian Balita di Kota Yogyakarta Nomor 3 Se DIY

YOGYAKARTA – Angka kematian anak-anak usia di bawah lima tahun (Balita) di Kota Yogyakarta cukup tinggi. Menyikapi tingginya kasus kematian balita tersebut Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Yogyakarta menggelar rapat dengan Dinas Kesehatan (Dinkes) Yogyakarta, belum lama ini.

Menurut Pimpinan Komisi D DPRD Kota Yogyakarta, Antonius Fokki Ardiyanto S.IP, berdasarkan rapat dengan Dinkes Kota Yogyakarta mengenai pelaksanaan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) 2018, terungkap bahwa tingkat kematian balita pada tahun 2017 di Kota Yogyakarta adalah no 3 se Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).

“Pada  2015  ada 34 kasua kematian Balita. Kemudian pada 2016 menurun menjadi 30 kasus. Namun pada 2017 kembali naik menjadi 33 kasus,” kata Fokki kepada wartawan, Jumat (19/01/2018), di DPRD Kota Yogyakarta.

Selain kasus kematian Balita, kata Fokki, dalam rapat dengan Dinkes Kota Yogkarta juga terungkap sebanyak 4 orang dimana yang 2 orang diakibatkan kehamilan yang tidak diinginkan (KTD). Sedangkan gizi buruk di tahun 2017 pada balita sebesar 0,83% (standart 1%) dan gizi kurang 7,73% (standart 15%).

“Dari hasil kajian Dinkes penyebab utama dari angka kematian balita adalah pnemonie (radang paru) dan diare dengan penyebab utama adalah kondisi kesehatan lingkungan yang buruk,” imbuh Fokki.

Namun demikian, Fokki menegaskan, terkait masih adanya gizi buruk balita di Kota Yogyakarta diakibatkan karena pola makan yang tidak sehat karena pola asuh yang tidak benar,

“Bukan karena kesulitan akses makanan,” tukasnya.

Dijelaskan Fokki, sebagai tindak lanjut dari situasi tersebut maka di dalam DPA 2018 maka Dinkes Kota Yogyakarta memprogramkan antisipasi serta upaya untuk mengurangi tingkat kematian balita. Menurutnya, pelaksanaan program  nantinya dengan mekanisme hibah,

“Seperti nanti akan dibangun jamban sehat dan pembagian genteng kaca untuk meminimalisir penyakit TB (tuberculosis), karena bakteri TB bisa mati dengan sinar matahari. Kriteria bagi yang mendapatkan hibah ini adalah masyarakat miskin versi KMS dan PKH,” ujar Fokki.

Terkait program Dinkes tersebut, Fokki berharap nantinya benar-benar dilaksanakan dengan efektif dan tepat sasaran, sehingga bisa menekan angka kematian Balita serta meningkatkan taraf kesehatan Masyarakat Yogyakarta.

“Kami minta Dinkes seoptimal mungkin dalam melaksanakan programnya, karena angka kematian Balita di Kota Yogyakarta ini cukup memprihatinkan,” tegasnya.  (kt1)

Redaktur: Rudi F

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Powered by rasalogi.com