Solusi Larangan Bentor, Becak Listrik Android Dikembangkan

YOGYAKARTA – Adanya Peraturan Daerah (Perda) larangan beroperasinya Becak Motor (Bentor) di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) menginspirasi komunitas pecinta angkutan umum tradisional mengembangkan Becak Listrik Android (Belia).

Diinisiatori Rudi Winarsa, Slamet Budiyono dan Agus Hermawan, belia mulai dirakit sejak 2 Maret 2018 yang lalu, dengan dukungan dari pakar desain grafis dan komunikasi, Dr. Sumbo Tinarbuko serta Ikatan Keluarga Alumni LEMHANNAS (IKAL) Komisariat Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).

Dikatakan Rudi, gagasan membuat becak bertenaga mesin tercetus Sejak Gempa Yogyakarta 2006 yang lalu, dimana ia dan rekan-rekannya bersama Spanish Red Cross (palang Merah Spanyol), memberikan pendampingan kepada  200 orang korban bencana, diataranya yang berprofesi sebagai penarik becak. Menurutnya, pada tahap awal yang dikembangkan adalah becak motor dengan aplikasi android,

“Namun dalam perjalanannya becak motor dilarang beroperasi, sehingga kami mencoba mengembangkan becak listrik ini. Namun dalam perjalanannya mesin listrik mudah dan ramah lingkungan, sehingga mulailah kita merakit Belia ini,” ujarnya saat uji coba Belia, belum lama ini.

Rudi memaparkan, keunggulan Belia dibanding Bentor maupun becak listrik yang sudah ada selama ini, kata rudi, terletak pada bentuknya yang khas becak Jogja sebagaimana Peraturan Daerah (Perda) Nomor 5 tahun 2016 tentang moda transportasi tradisional,

“Bentor dan becak-becak bermesin yang sudah ada kan kebanyakan sudah tidak original sebagaimana becak khas Jogja, karena sudah banyak modifikasi. Nah, Belia ini tidak menghilangkan ke-khasan becak Jogja, hanya ditambahi mesin bertenaga listrik,” ujarnya.

Rudi memaparkan, selain khas Jogja, Belia juga menggunakan aplikasi layaknya layanan transportasi modern yang bisa dipesan secara online. Dari sisi kekuatan energi, kata dia, baterai listrik Belia bisa bertahan hingga 8 jam atau setara jarak tempuh 40 km.

“Untuk kecepatan maksimal Belia bisa mencapai 40 km per jam tanpa penumpang, kalau dengan penumpang sekira 25 km per jam. Untuk kapasitas penumpang  sebagaimana becak umumnya, maksimal dua orang, tapi idealnya satu orang karena ada aplikasinya. Idealnya belia dioperasikan di daerah wisata, dengan radius 6 km, dengan setiap 5 km-nya ada pangkalan untuk charge baterai yang diambil dari solar cell,” ujarnya.

Sementara itu, Ketua IKAL DIY, Sugiyanto Harjo Semangun, M.Si mengungkapkan, pihaknya mendukung pengembangan belia sebagai solusi atas larangan beroperasinya Bentor. Selain itu, Becak adalah salah satu moda transportasi tradisional khas Jogja yang perlu dilestarikan karena bisa mendukung sektor pariwisata. Sebagaimana diketahui bersama, kata dia, pariwisata adalah sector utama penggerak perekonomian masyarakat Yogyakarta.

Diterangkan Sugiyanto, sesuai Pasal 1 ayat 3 Perda Nomor 5 tahun 2016 tentang moda transportasi tradisional, Becak adalah moda tradisional yang digerakkan oleh tenaga orang. Dilihat dari desainnya, Belia sesunggunya tidak merubah esensi dan estetika becak khas Jogja pada umumnya sebagaimana dalam Perda,

“Tidak ada yang berubah, hanya pada bagian tromol. Kayuhan juga tidak berubah, karena disitulah letak keseimbangannya. Belia masih bisa dikayuh, tenaga listrik hanya alat bantu saja untuk efisiensi tenaga pengayuhnya. Belia ini sekaligus sebagai solusi atas larangan beroperasinya bentor,” ujar Sugiyanto.

Di sisi lain, penarik becak dari Prawirotaman, Kota Yogyakarta, Hari Van Yogya menilai Belia sangat membantu penarik becak yang kebanyakan usianya sudah tidak muda lagi. Dengan bantuan mesin listrik, kata Hari, maka penggunaan tenaga lebih efisien tanpa harus mengurangi target mendapatkan penumpang,

“Selain solusi atas larangan Bentor, saya kira keberadaan Belia ini disambut baik oleh rekan-rekan penarik becak, tinggal sosialisasinya nanti bagaimana,” ujar Hari yang pada 2014 lalu menarik becak dari Jogja ke Jakarta untuk mendukung Presiden Joko Widodo (Jokowi).

Hari yang sudah menarik becak sejak 1990 ini berharap Belia bisa dikembangkan supaya becak khas Jogja tidak punah namun tetap bisa mengikuti perkembangan jaman, serta meningkatkan penghasilan para penarik becak,

“Kelebihan lainnya di samping menjaga ke khasan Becak Jogja, Belia menggunakan perangkat android sehingga mempermudah masyarakat mengaksesnya serta tentunya mempermudah penarik becak mendapatkan penumpang. Mudah-mudahan dengan menggunakan Belia kesejahteraan penarik becak bisa lebih meningkat,” harap penulis buku ‘The Becak Way’ ini. (rd)

Redaktur: Ja’faruddin. AS

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Powered by rasalogi.com