Menyuarakan Gerakan Pembinaan Anak

Oleh : Ma’bad Fathi Mu’tazza*

Peradaban sebuah bangsa sangat ditentukan, sejauh mana perhatian pemerintah terhadap kalangan anak-anak. Anak-anak merupakan simbol dari masa depan. Anak-anak adalah simbol dari harapan sebuah bangsa. Karena itu, salah satu program yang sekarang sedang dicanangkan dalam rangka menghilangkan kemiskinan global, yaitu memberikan perhatian lebih serius terhadap kalangan anak-anak.

Di dalam khazanah keislaman, anak-anak merupakan makhluk Tuhan yang amat dimuliakan. Al Quran menyebutkan, Dan janganlah kalian membunuh anak-anak kalian karena takut kelaparan. Kami memberikan rezeki kepada mereka dan kalian pula. Sesungguhnya membunuh mereka adalah dosa besar (QS. Al-Isra’: 31).

Ayat di atas merupakan perhatian Islam terhadap anak-anak. Sebagaimana jauh sebelum islam datang, tradisi yang berkembang di dataran Arab adalah membunuh anak-anak yang baru lahir, terutama kalangan perempuan. Karena ada yang beranggapan misoginistik dan patriarkal terhadap perempuan.

 Islam datang memberikan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada anak-anak, baik laki-laki maupun perempuan merupakan makhluk Tuhan yang setara dan mendapat kemuliaan yang sama. Mereka mempunyai hak hidup, hak pendidikan, dan hak menikmati masa depan.

Menurut Imam Ar-Razi dalam tafsir Mafatih al-Ghayb, ayat ini membuktikan banyak hal. Di antaranya yang paling fundamental adalah Tuhan merupakan penanggung jawab utama atas keberlangsungan hidup hamba-Nya termasuk anak-anak. Karena itu, para orang tua tidak perlu khawatir atas masa depan mereka. Tuhan akan senantiasa membantu anak-anak melalui jerih-payah dan kerja keras para orang tua.

 

Selain itu, hal yang lebih penting menurut Ar-Razi, orang-orang tua sebelum mendapatkan penghargaan dan penghormatan dari anak-anak, mestinya mereka terlebih dahulu harus memberikan perhatian terhadap anak-anaknya. Razi juga menambahkan, alasan perlunya pembinaan terhadap anak-anak, tidak lain karena mereka adalah makhluk yang lemah dan keluargalah yang akan memperkuat mereka. Konsekuensinya, bilamana anak-anak tidak diperhatikan, maka dunia akan mengalami goncangan dan bangsa akan menanggung kegagalan.

Maka dari itu, Rasulullah SAW memberikan perhatian yang sangat luar biasa terhadap anak-anak. Para orang tua hendaknya melakukan pembinaan, baik jasmani maupun rohani. Di dalam hadist yang diriwayatkan oleh Habib al-Mu’allim, Rasulullah SAW bersabda, Sesungguhnya anak-anak kamu adalah rezeki yang terbaik diberikan oleh Tuhan, maka makanlah dari rezeki yang kamu terima bersama anak-anakmu.

Tidak hanya itu saja, para orang tua diberikan tanggung jawab untuk membesarkan mereka dengan nilai-nilai yang mulia. Karena itu, Rasulullah mengajarkan kepada kita agar membekali anak-anak dengan ilmu pengetahuan, melayaninya agar sehat zaman.

Dalam konteks Negara-Bangsa, sudah tidak bisa diragukan lagi, bahwa Negara merupakan harapan masa depan. Apabila mereka tumbuh sebagaimana mestinya, melalui pendidikan yang layak dan gizi dan cukup, maka bangsa ini akan menuai hasil dari anak-anak yang berkualitas.

Namun, sayang seribu sayang, problem yang berkaitan langsung dengan anak-anak masih belum ditangani dengan baik dan serius. Di tengah banyaknya bencana alam, kemiskinan, pengangguran, dan ancaman penyakit, maka anak-anak adalah korban utamanya.

Di antara mereka banyak yang tidak mempunyai kedua orang tua, tidak berpendidikan dan kurang mendapatkan gizi yang cukup. Kisah tentang burung lapar di berbagai daerah, dari Jakarta sebagai jantung kota dan NTB sebagai daerah pinggiran, merupakan kisah sedih yang di alami oleh anak—anak.

Maka dari itu, perlu dilakukan gerakan masif untuk menyuarakan pentingnya perlindungan, perhatian, dan pembinaan terhadap anak-anak secara lebih serius lagi. Selama ini, pondok pesantren melakukan salah satu kelompok yang mempunyai perhatian serius terhadap anak-anak, baik melalui program pendidikan yang hampir merata khususnya di pelosok-pelosok desa hingga pelayanan masyarakat di berbagai bidang kehidupan.

Dalam rangka memberikan perhatian yang lebih masif tentang perlunya seluruh pihak memperhatikan kembali anak-anak. Dengan harapan agar anak-anak mendapatkan kesempatan yang layak untuk berpartisipasi di tengah nuansa perubahan. Dari anak-anak, mari kita bangun bangsa ini menjadi baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur.

Melihat berbagai masalah yang terjadi, Gus Dur sebagai Bapak Bangsa berpesan: Pertama, Melakukan sosialisasi kepada masyarakat luas tentang pentingnya memperhatikan masa depan anak-anak, sehingga mereka mempunyai kesempatan yang lebih baik untuk membangun Bangsa.

Kedua, Melal   ukan penyadarankepada semua kalangan tentang pentingnya pendidikan sebagai salah satu jembatan untuk meningkatkan kualitas anak-anak, terutama dalam rangka bersaing di era revolusi industri. Ketiga, Melakukan pembelajaran kepada anak-anak tentang pentingnya memahami kebhinekaan dan kemajemukan sebagai bagian yang tidak terpisahkan dalam konteks kebangsaan. Wa allahu ‘alam bi al shawab (*)

*Penulis adalah Peneliti Muda LeSAN (Lembaga Studi Agama dan Nasionalisme)

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Powered by rasalogi.com