Rekatkan Kembali Hubungan yang Sempat Renggang, GP Marhaenis Silaturahmi ke PW NU DIY

YOGYAKARTA – Gerakan Pemuda (GP) Marhaenis Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) bersilahturahmi kepada Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama DIY di kantornya, di Jl. MT Haryono Kota Yogyakarta, Rabu (07/10/ 2020).

Kunjungan GP Marhaenis DIY dipimpin langsung oleh Bung Riyanto Kuncoro selaku Ketua didampingi Bung Antonius Fokki Ardiyanto S.IP selaku Sekretaris. Rombongan GP Marhaenis diterima oleh jajaran pengurus harian PW NU DIY yang langsung dipimpin oleh Ketua Harian H. Helmy.

Menurut Helmy ada kesamaan pandang dari kaum nahdliyin dan kaum marhaen yang sudah dimulai dari kedua tokoh besarnya, yaitu Bung Karno dan KH Hasyim Asy’ari. Sehingga, kata dia, ketika GPM berkunjung bersilaturahmi di PW NU adalah ruang yang tepat.

“Begitu pula ketika berbicara tentang Pancasila dan NKRI pasti kaum nahdliyin dan kaum marhaen pada posisi yang sama yaitu harga mati,” ujarnya.

Disamping itu, Helmy juga menjelaskan tentang struktur organisasi NU dari tingkat nasional sampai anak ranting.

Dalam kesempatan tersebut Bung Riyanto Kuncoro selaku Ketua GPM juga menyampaikan bahwa silaturahmi bertujuan menjalin serta menguatkan Kembali kekerabatan antara anak ideologis Bung Karno dan anak ideologis Kyai Hasyim Asy’ari yang sempat terputus sejak peristiwa G 30 S/PKI.

Menurutnya, hubungan baik baru reborn (lahir Kembali) pada tahun 2018 yang di deklarasikan di Kota Semarang,

“Dan untuk DIY sendiri baru terbentuk di tahun 2019,” ujarnya.

Hal senada disampaikan Antonius Fokki Ardiyanto. Menurutnya, tujuan bersilaturahmi adalah ingin belajar dari NU sebagai ormas sosial dan keagamaan di Indonesia, bahkan dunia, dalam mengelola organisasi termasuk dalam menjaga independensi dari tarik menarik kepentingan politik elektoral.

Dari proses belajar bersama dengan PW NU, Fokki mengaku banyak ilmu yang didapat,

“Diantaranya  pertama, sebagai organisasi GPM harus menentukan fokus arah gerakan organisasi. Kedua, harus berorientasi program dalam arah gerakan organisasi setelah ditentukan fokusnya. Ketiga, GPM punya potensi menjadi ormas besar karena tidak ada sekat agama di dalamnya,” pungkas Fokki. (pr/kt1).

Redaktur: Faisal

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Powered by rasalogi.com