JAKARTA – Seiring gegap-gempita pergantian kekuasaan di tahun 2014, Indonesia akan memasuki fase darurat. Mau tidak mau, rakyat Indonesia harus melewati fase kedaruratan dalam menentukan masa depan Republik Indonesia.
Peneliti Institute For Global Justice, (IGJ), Salamudin Daeng memetakan, kedaruratan yang akan dialami Indonesia adalah pada kedaruratan ekonomi. Mengutip apa yang dikemukan IMF dan World Bank, pihaknya mengatakan, Indonesia telah mengalami puncak defisit perdagangan sejak awal 2012 sampai akhir tahun 2013.
“Defisit ini disebabkan oleh tingginya impor bahan makanan dan impor energi yang mencapai 1 juta barel per hari,” kata dia dalam konferensi pers pekan silam di Jakarta seperti dilansir dari SHNews.co.
Daeng menyebut, jatuh tempo utang luar negeri pada akhir Desember 2013 lebih dari Rp500 Triliun dan pemerintah tidak memiliki dana untuk membayar. Maka, kata Daeng, Jalan keluar yang dipilih adalah menutup utang dengan utang baru.
Akan tetapi, di tengah krisis ekonomi dunia dan merosotnya kepercayaan internasional pada pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono dan Boediono, agaknya menyulitkan pencarian utang baru.
“Akibatnya, rupiah terus merosot dan pasti tembus Rp15.000 di tahun depan. Saat ini, jika ada satu bank tersenggol sedikit maka akan meruntuhkan semua bank di Indonesia,” ujarnya seperti dikutip dari SHNews.com. (lia)
Redaktur: Aristianto Zamzami