Ender’s Game : ‘Generasi Muda Adalah Pemimpin’

GAVIN Hood (X-Men Origins : Wolverine) Sutradara asal Afrika Selatan ini mencoba mengadaptasikan “Ender’s Game” novel fiksi militer masa depan, karya Orson S. Card (1985), sebagai film bertemakan teen / remaja.

Sejalan dengan novelnya “Ender’s Game” bukanlah film perang yang menonjolkan aksi herois ala rambo ataupun visual efek kecanggihan teknologi luar angkasa dahsyat ala star wars. “Ender’s Game”menawarkan sedikit Deja Vu dengan serial TV populer 90-an “Star Trek” dan “Babilon V”. Fokus utama film ada pada pengembangan pribadi sang karakter utama dengan bumbu cerita fantasi dan visual yang minim. Entah mengapa Hollywood nampaknya sedang gandrung dengan genre film model begini, paska “Oblivlion”nya Tom Cruise dan “After Earth” nya bapak-anak Wil dan Jaden Smith.

Bersetting 50 tahun paska serangan bangsa Formic di tahun 2086 yang menewaskan 10 juta jiwa nyawa manusia. Aliansi bumi merekrut remaja-remaja tanggung sebagai pasukan yang akan dipersiapkan untuk menghadapi invasi lanjutan bangsa Formic kelak di kemudian hari. Sang karakter utama Ender Wiggin (Asa Butterfield) merupakan putra ketiga dari keluarga Wiggin, adalah kadet sekolah khusus milik aliansi. Dari awal film Ender sudah harus menghadapi ujian khusus yang dipersiapkan oleh Colonel Graff (Harison Ford) dan Mayor Anderson (Viola Davis).

Ender tak menyangka bahwa dia akan lulus karena awalnya chip yang merupakan alat pengawas para kadet dilepaskan dari tubuhnya. Sedikit frustasi serta menyadari bahwa sebagai anak ketiga (yang mungkin tidak terlalu diharapkan karena adanya pembatasan jumlah penduduk di masa itu) tekanan yang dimilikinya sangat tinggi, terlebih kedua kakaknya pun telah gagal dalam sekolah yang sama. Ender mengamuk dan menghajar senior di sekolah kadet yang selama ini mem-bully-nya. Siapa sangka tindakan taktis yang sedikit brutal ini malah dinilai Kolonel Graff sebagai kualitas pemimpin perang. Kolonel Graff bahkan menyempatkan diri untuk datang ke kediaman keluarga Wiggin dan membujuk Ender untuk memasuki Battle School.

Sikap Kolonel Graff yang sangat memperhatikan Ender bahkan tidak segan untuk menyebutnya jenius ternyata lagi-lagi adalah upayanya untuk “memaksa” Ender meningkatkan kualitasnya sebagai seorang pemimpin perang masa depan.
Di Battle School, Ender harus menghadapi tantangan-tantangan baru dengan kecerdasan serta keberaniannya bertindak intituitif, Ender segera menerima promosi menjadi anggota regu Salamander. Komandan regu Salamander yang cemburu Bonzo Madrid (Moises Arias), mencoba mengecilkan kemampuan Ender, diregu ini satu-satunya anggota cewek Petra Arkanian (Heilee Steinfied) malah membantu Ender berlatih. Lagi-lagi Ender dipromosikan untuk menjadi komandan regu baru, regu Naga. Ender menjadikan regunya sebagai regu terbaik. Sayang, dibakar oleh iri dan cemburu Bonzo menantang duel Ender, dan berakhir dengan kecelakaan tragis yang menjadikan Bonzo koma.

Dilema menghadapi kenyataan telah mencelakakan Bonzo, Ender memilih pulang ke Bumi. Sertar memaksa Kolonel Graff memepertemukannya dengan sang kakak perempuan Valentine Wiggin (Abigail Breslin). Ender harus bisa menyeimbangkan sifat kasar dan brutal seperti kakak pertamanya Peter Wiggin (Jimmy ‘Jax’ Pinchak) dengan kelemahlembutan Valentine dan menggabungkannya dengan kecerdasan, intuitif, berani, dingin yang menjadi sifat dasarnya. Tak pelak, hal itu harus dilakukan segera karena pelatihan lanjutan di Comando School dengan mentor baru Mazer Rackam (Ben Kingsley) serta perang sesungguhnya dengan bangsa Formic sudah di ambang mata. (lia)

Redaktur: Aristianto Zamzami

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Powered by rasalogi.com