Sosiolog UIN Sunan Kalijaga: Golput Tidak ‘Haram’

YOGYAKARTA – Beberapa kalangan mengharamkan masyarakat untuk Golput atau tidak memilih dalam Pemilihan Umum (Pemilu) atau Pemilihan Presiden (Pilpres). Namun ada juga yang menghalalkan Golput.

“Golput itu menjadi ‘haram’ kalau tidak tahu dan menimbang mana manfaat (kebaikan) dan mudharat (keburukan)nya. Menjadi ‘Mubah’ kalau hanya ikut-ikutan atau tidak tahu dasarnya dan bisa diperbolehkan (halal) jika memang sudah tahu jika memilih itu ternyata banyak mudharatnya. Tapi sekali lagi dasarnya apa dulu? Itu harus dipertimbangkan betul,” kata sosiolog dari Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta, Drs. Masroer, M.Si kepada jogjakartanews.com, Jum’at (13/06/2014).

Menurutnya, dalam Islam memang ada ketentuan memilih pemimpin itu yang terbaik. Jika kedua-duanya tidak baik, kata dia, untuk menghindari mudharat yang lebih besar maka pilihlah yang terkecil keburukannya.

“Atau dengan kaidah “al-dharurat tubiihul mahdzuurat”.Tapi dalam konteks demokrasi memang memutuskan Golput juga hak politik seseorang. Golput juga pendapat seseorang yang juga bagian dari Hak Azasi. Jadi dalam konteks demokrasi Golput itu tidak ‘haram’. Oleh karenanya saya berharap kedua Capres dan cawapres yang akan bertanding dalam Pilpres ini, bisa lebih meyakinkan masyarakat supaya tidak Golput,” pungkas Masroer yang dosen Sosiologi Agama UIN Sunan Kalijaga. (yud)

Redaktur: Rudi F

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Powered by rasalogi.com