PURWOKERTO – Aktivitas Gunung Slamet yang berada di perbatasan Kabupaten Banyumas, Purbalingga, Pemalang, Tegal, dan Brebes, Jawa Tengah cenderung meningkat. Hal itu terlihat dari jumlah serta energi kegempaan dan letusan yang terjadi sejak Rabu (10/09/2014) hingga Jumat (12/09/2014).
Kepala Pos Pengamatan Gunung Api Slamet Sudrajat mengungkapkan, aktivitas Gunung Slamet yang semakin intensif melontarkan material atau lava pijar dikhawatirkan merusak kawasan hutan lindung. Terlebih, di musim kemarau seperti saat ini humus di bawah tegakan mengering hingga berpotensi membuat api membesar.
Namun pihaknya masih mengamati apakah lontaran dan luncuran lava pijar sudah masuk kawasan vegetasi hutan lindung atau belum.
“Namun, kemungkinannya sudah ada,” katanya kepda wartawan, Jumat (12/09/2014).
Sementara menurut Kepala Badan Geologi Kementerian ESDM Surono, hingga kini status Gunung Slamet masih “siaga” level III dan belum ditingkatkan.
“Masyarakat diimbau tidak beraktivitas di radius empat kilometer dari puncak,” ungkapnya saat dihubungi wartawan, Jumat (12/09/2014).
Menurut pakar kegunung apian yang biasa disapa Mbah Rono, berdasarkan pengamatan, hari ini terjadi dua kali erupsi abu tebal berwarna cokelat kehitaman dengan ketinggian sekitar 1.000 meter, 32 kali lontaran material atau lava pijar setinggi 100-400 meter dan 41 kali sinar api setinggi 100-800 meter dari puncak.
Selain itu, telah terdengar suara dentuman kuat sebanyak 33 kali dan empat kali suara gemuruh. Namun menurutnya Kendati demikian, dentuman Gunung Slamet tidak sekuat Gunung Kelud dan Gunung Merapi.
Meski aktivitas Gunung Slamet yang menunjukkan peningkatan, namun masyarakat Purwokerto mengaku masih tenang, apalagi memutuskan akan mengungsi.
“Kami percayakan saja pada ahlinya. Selama belum ada peningkatan status, dan masyarakat masih dihimbau tenang, ya kami akan tetap di rumah, kami masih tenang,” ungkap Kukuh (40) warga Dukuh Waluh, Purwokerto. (bom/kontributor)
Redaktur: Rudi F