jogjakartanews.com – Berbeda dengan kebanyakan orang Indonesia, yang menganggap banyak abak banyak rejeki, pasangan muda di Korea Selatan malah enggan buru-buru punya anak setelah menikah.
Kebanyakan pasangan muda di korea lebih mementingkan kebahagiaan bersama pasangannya, karena dengan memiliki anak saat hidupnya belum mapan hanya akan menjadi beban.
Salah seorang pekerja kantoran di kota Seoul, Choi Jung-hee yang baru saja menikah enggan punya anak terlebih dahulu. Alasannya, karena beban dan biaya membesarkan anak terlalu besar, tak sebanding dengan kemampuannya,
“Hidupku dan suamiku yang utama,” katanya dikutip dari The Guardian, dikutip dari lenteratimes.com, Rabu 30 November 2022.
Menurutnya bagi sebagian besar orang akan merasa berbahagia jika pasangan suami istri memiliki anak. Namun bagi Choi, kehidupan yang menyenangkan bersama suaminya adalah lebih utama.
“Banyak orang mengatakan memiliki anak dapat memberi kami kebahagiaan. Tapi itu juga berarti banyak waktu yang mungkin membuat kami merasa repot danntidak mampu,” ujarnya.
Percaya Menikah Tidak Wajib
Tak hanya bagi pasangan muda yang enggan punya anak, bahkan banyak pasangan lama yang membatasi anak cukup 1 anak. Totalnya melebihi empat puluh persen. Tidak hanya itu, jumlah pernikahan mencapai rekor terendah, turun menjadi 193.000 tahun lalu.
“Sekarang banyak anak muda (Korea Selatan) percaya bahwa pernikahan bukanlah suatu keharusan. Beberapa, terutama wanita, memprioritaskan kebebasan pribadi dan dengan sengaja mengesampingkan pernikahan sama sekali.” ujarnya.
Meski begitu, budaya perempuan yang mengharapkan ibu rumah tangga penuh masih berlaku di Korea Selatan. Ini juga didorong oleh kesenjangan upah gender Korea Selatan, yang terparah di Organisasi untuk Kerjasama Ekonomi dan Pembangunan (OECD).
Selama 10 tahun berturut-turut, negara ini berada di peringkat terbawah dari Glass Ceiling Index dari The Economist, yang mengukur peluang terbaik dan terburuk bagi perempuan untuk mendapatkan perlakuan setara di tempat kerja.
Angka Kelahiran Menurun Drastis
Menurut data populasi Statistik Korea pada 23 November, jumlah bayi baru lahir pada kuartal ketiga (Juli-September) adalah 64.085, penurunan tahun-ke-tahun sebesar 3,7%, atau 2.466. Ini adalah level terendah sejak statistik disusun pada tahun 1981.
Dari Januari hingga September, 192.223 bayi lahir, turun 15.582 dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu (202.805). Ini adalah pertama kalinya jumlah bayi baru lahir turun di bawah 200.000 sejak statistik disimpan.
kepala divisi tren populasi di Statistics Korea, Roh Hyung-joon mengungkapkan, jumlah bayi yang lahir telah menurun seiring dengan penurunan populasi wanita dan jumlah pernikahan yang terus menurun.
“Selain itu, angka kelahiran menurun seiring bertambahnya usia melahirkan dan masa subur dipersingkat,” pungkas Roh Hyung-joon (rwt/kt1)
Redaktur: Faisal