YOGYAKARTA – Gempa kembali mengguncang Yogyakarta, Jumat (25/09/2015) malam. Kalangan pegiat metafisika memiliki pandangan yang berbeda terkait gempa yang terjadi di malam hari Bulan Haji ini.
Menurut kepercayaan sebagian masyarakat, khususnya Jawa, gempa yang terjadi pada Bulan Haji bertanda buruk. Jika gempa terjadi siang hari, maka menurut primbon, akan terjadi malapetaka berupa musim paceklik.
“Tentu saja jika masa paceklik harus berhemat, berhati-hati dalam membelanjakan uang, prihatin, tidak berlebih-lebihan dalam segala hal,” ujar Wahyu, salah seorang pecinta budaya Jawa, warga Kalasan, Sleman, DIY.
Lalu jika gempa terjadi di malam hari bulan Haji, kata dia, maka menurut primbon, akan terjadi sandang pangan mahal.
“Firasat gempa dalam primbon memang bukan jaminan benar akan terjadi, tapi kalau berdasar ilmu titen (pengamatan berdasarkan tanda alam yang biasa terjadi, red), biasanya memang kejadian. Tapi sebaiknya kita hanya percaya kepada Tuhan. Adapun firasat itu hanya pelajaran agar kita dalam hidup harus berhati-hati,” pungkas pria yang enggan disebut sebagai paranormal atau ahli metafisika ini.
Seperti dikutip dari info Badan Metereologi, Kimatologi, dan Geofisika (BMKG) gempa berkekuatan 4,6 Skala Richter (SR). Pusat gempa berada di 12 Km sebelah Barat Laut Kabupaten Gunung Kidul karena gesekan lempeng teknonik. Titik kedalaman gempa berada pada 10 Km.Gempa tidak berpotensi tsunami dan tidak mempengaruhi aktivitas Gunung Merapi. (yd)
Redaktur: Rudi F