BANTUL– Setelah diujicobakan di beberapa daerah di Indonesia, benih Padi organik varietas lokal Mari Sejahterakan Petani (MSP) berhasil meningkatkan produksi beras petani. Benih unggulan MSP tersebut kini diujicobakan di lahan sawah milik petani Gilangharjo, Pandak, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).
Dalam masa tanam pertamanya di Gilangharjo, perkembangan benih Padi MSP tidak kalah dengan benih padi yang selama ini banyak ditanam petani kebanyakan, seperti jenis IR.
Ketua Kelompok Tani Manunggal IX Banjarwaru, Gilangharjo, Pandak Bantul, Slamet Setyawan mengaku benih padi MSP yang ditanamnya mengalami perkembangan yang bagus,
“Perkembangannya bagus dan cepat. Dalam masa tanam 18 hari ini tidak ada kendalah, bahkan lebih tahan hama. Kalau padi lain sudah mulai diserang ulat dan walang sangit, untuk MSP yang kami tanam sementara belum ada dan mudah-mudahan aman sampai panen,” kata Slamet saat menerima kunjungan pendampingan dari Direktur Omah Tani DIY, Agus Subagyo di sawahnya, Jumat (19/01/2018) siang.
Dikatakan Slamet, perbandingan penggunaan bibit MSP dibanding bibit padi lain juga lebih hemat. Selain menggunakan bibit MSP, kata dia, kelompoknya juga menggunakan Pupuk Organik Indonesia (PORIN). Dengan bibit MSP dan pupuk PORIN, kata dia, petani bisa menekan biaya produksi karena lebih murah, efektif, dan efisien,
“Terlebih bibit MSP dan Pupuk PORIN bantuan dari Omah Tani ini sistemnya YARNEN atau Bayar setelah Panen. Mudah-mudahan nanti panen melimpah seperti yang kita harapkan, karena kami mendengar di beberapa daerah sudah terbukti,” harap Slamet.
Sementara Agus Subagyo mengungkapkan, tujuan Omah Tani memberikan pendampingan dan bantuan berupa bibit padi unggul MSP dan Pupuk PORIN adalah untuk meningkatkan hasil panen, sehingga kesejahteraan petani meningkat. Menurut Agus, dari uji coba MSP di beberapa wilayah seperti di Kabupaten Brebes, Jawa Tengah berhasil meningkatkan hasil panen secara signifikan.
Agus menjelaskan, penggunaan bibit Padi MSP lebih hemat karena cukup 15 Kg untuk lahan seluas 1 hektar jika dibandingkan menggunakan benih lain yang bisa lebih dari 100 Kg untuk lahan dengan luas yang sama,
“Dengan bibit MSP dan pupuk PORIN, dari beberapa daerah yang sudah panen, dalam 1 hektar bisa menghasilkan 8 ton GKG (Gabah Kering Giling) bahkan lebih. Rata-rata nasional 5 GKG per hektar. Ini kan artinya petani mengalami peningkatan hasil dengan biaya produksi murah. Tentu saja kalau nantinya lebih banyak petani menggunakan MSP dan PORIN, kita akan berdaulat pangan. Kita bahkan bisa surplus, bisa ekspor beras dan bukan impor lagi,” tukas Agus yang didampingi Kasi Pemerintahan Desa Gilangharjo, Supriyanto, S.E.
Omah Tani, kata Agus, tidak hanya melakukan pendampingan dalam masa proses tanam sampai panen saja, melainkan sampai petani benar-benar menguasai alat produksi hingga pemasaran produknya,
“Ke depan kami akan memberikan semacam pelatihan bagaimana kemudian petani juga bisa memproduksi bibit MSP sendiri dari sebagian hasil yang dipanen. Kami juga akan membantu petani memasarkan hasil panen dengan ‘rego pantes’ (harga pantas) sehingga petani benar-benar tersejahterakan,” imbuh Agus.
Di sisi lain, Supriyanto mengungkapkan, saat ini petani di Desa Gilangharjo sudah mulai menerapkan pertanian organik.
“Sekarang sudah ada 15 hektar sawah petani di Gilangharjo menanam padi organik, termasuk dengan benih MSP dan pupuk PORIN,” katanya.
Supri berharap hasil panen petani yang menanan bibit MSP dengan pupuk PORIN ke depan akan melimpah, sehingga Gilangharjo akan menjadi pelopor pertanian organik dan desa berdaulat pangan,
“Mudah-mudahan nanti ini hasilnya bagus, sehingga petani akan lebih tertarik menggunakan benih MSP dan pupuk PORIN. Harapannya nanti Gilangharjo menjadi pelopor desa berdaulat pangan organik, sehingga masyarakat, terutama petani akan semakin sejahtera,” harap Supriyanto. (rd)
Redaktur: Ja’faruddin. AS