Sadap Percakapan SBY, Australia Lecehkan Indonesia

YOGYAKARTA – Terkait informasi yang bersumber dari bocoran dokumen mantan intel Amerika Serikat, Edward Snowden, bahwa intelijen Australia menggunakan segala cara untuk mengumpulkan data intelijen dari Indonesia, termasuk menyadap telepon Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, mendapat reaksi keras dari masyarakat Indonesia, tak terkecuali di DIY.

Ketua Perhimpunan Pemuda Nusantara (PPN) DIY, Wahyu Minarno mengatakan, tindakan Australia tersebut dinilai telah melecehkan kewibawaan negara.

“Tindakan Australia itu telah menunjukkan sikap tidak hormatnya terhadap Indonesia sebagai Negara yang berdaulat. Ini seharusnya disikapi dengan tegas oleh pemerintah. Negara kita tidak boleh dilecehkan,” katanya kepada Jogjakartanews.com, Rabu (20/11/2013).

Masih menurut Wahyu, pada dasarnya memang tugas intelegen adalah mencari informasi yang penting. Sehingga, kata dia, negara juga perlu mewaspadai intelegen asing untuk menjaga kerahasiaan negara.

“Sekarang pemerintah harus meningkatkan sistem kontra intelegen asing yang lebih baik,” tandasnya.

Diinformasikan, dokumen yang diperoleh ABC dan Guardian Australia, yang berasal dari bocoran US National Security Agency, menunjukkan Australia mencoba menyadap percakapan telepon Presiden SBY. “Dokumen ini juga menunjukkan upaya intelijen melacak aktivitas telepon Presiden SBY selama 15 hari pada Agustus 2009,” demikian dilansir laman ABC News pada Senin, 18 November 2013.

Dokumen rahasia ini berasal dari Defense Signals Directorate atau sekarang disebut Australia Signals Directorate. Dokumen ini menunjukkan untuk pertama kali sejauh mana pencapaian Australia dalam mematai-matai Indonesia. Slogan yang tercantum pada bagian bawah halaman adalah, “Mengungkapkan rahasia mereka, melindungi milik kita.” Dokumen itu menunjukkan intelijen Australia secara aktif mencari strategi jangka panjang memantau aktivitas telepon Presiden SBY.

Target pengintaian intelijen Australia juga termasuk tokoh lingkaran dekat Presiden, seperti Ibu Negara Kristiani Herawati Yudhoyono, Wakil Presiden Boediono, eks Wakil Presiden Jusuf Kalla, hingga juru bicara Presiden dan menteri. Nama-nama lain yang tercantum dalam dokumen adalah Andi Mallarangeng, Hatta Rajasa, Sri Mulyani, Widodo Adi Sucipto, dan Sofyan Djalil.

Dokumen berjudul “3G impact and update” itu merupakan dokumen intelijen Australia dalam memantau peluncuran teknologi 3G di Indonesia dan Asia Tenggara. Di sana sejumlah pemimpin Indonesia menjadi target penyadapan. Pada salah satu halaman dengan judul “Indonesia President Voice Events” ditampilkan call data record (CDR). Data ini merekam pemilik menelepon dan ditelepon siapa, namun tidak mencakup rekaman pembicaraan. Tetapi halaman lain dokumen ini menunjukkan intelijen Australia mencoba menyadap percakapan Presiden SBY. Catatan di bawah halaman dokumen menunjukkan panggilan itu kurang dari semenit dan tak cukup lama untuk disadap. (rud)

Redaktur: Azwar Anas

 

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Powered by rasalogi.com