Oleh : Abdullah Amas*
Persyaratan Pendirian Partai Politik (Parpol) baru sedemikian berat untuk lolos ke Pemilu 2019. Belum lagi gontokan-gontokan intern yang tak bisa dihindarkan selama proses verifikasi. Belum lagi kasus sabotase data-data partai oleh intern partainya sendiri. Hal itu sebagaimana yang terjadi di kabupaten Garut Jawa Barat, pada partai baru yang sering muncul di iklan telivisi pada Desember 2015 lalu, dan sempat mencuat ke media massa.
Satu-dua partai baru yang dikenal kuat dari aspek manajemen iklan dan menarik massa lewat media sosial, bahkan ketua parpolnya dekat dengan lingkaran istana termasuk dari kelompok sekuler liberal juga belum meyakinkan untuk lolos. Kita tahu partai yang sudah ada di DPR kemungkinan punya kepentingan memperberat persyaratan pendirian partai baru lewat Revisi RUU Pemilu nanti.
Alhasil, sulit untuk meyakini ada partai baru yang lolos ikut Pemilu 2019, alih-alih mereka justru berubah cuma jadi “Fans Club” figur yang mereka harapkan maju lewat partai mereka. Sepanjang pengamatan penulis, figur-figur di belakang partai itu belum ada yang jor-joran berani mengeluarkan logistik pada partai itu, karena tidak ada jaminan melewati penjegalan dari pihak-pihak yang tidak ingin kompetitor bertambah. Semua partai, baik dari KIH maupun Eks KMP tentu berkepentingan untuk mempertahankan dominasi mereka tanpa ada pendatang baru. (*)
* Penulis adalah pengamat politik dari The Future Institute
