Oleh: Teguh Wiyono, M.Pd.I*
ERA MILENIAL kita disuguhi dengan tekhnologi setiap hari maupun setiap detik dan kita tidak bisa menghindarinya. Berkembangnya tekhnologi memberikan keuntungkan atau kemudahan disegala bidang yang menjadikan manusia memanfaatkan waktu secara efisien dan tidak terlalu mengeluarkan banyak tenaga. Namun dengan berkembangnya tekhnologi yang begitu pesat diibaratkan bilah mata pisau, apabila digunakan dengan baik maka akan memberikan manfaat yang baik, akan tetapi jika digunakan bukan pada tempatnya maka terjadilah musibah. Seperti halnya di era sekarang, berkembangnya tekhnologi dan informasi bukanya digunakan dan memberikan dampak positif yang bebih besar manfaatnya ternyata memberikan dampak negatif, dikarenakan pemakainya tidak jujur dalam memberikan informasi atau dikenal dengan informasi Hoax, kemudian menjadikan masyarakat resah, dan saling bermusuhan karena merasa difitnah.
Secara bahasa sebenarnya Hoax merupakan lelucon, cerita bohong, kenakalan, olokan, membohongi, menipu, mempermainkan, memperdaya, dan memperdayakan. Hoax umumnya bertujuan untuk “having fun” atau humor, namun hoax dewasa ini dijadikan alat propaganda dengan tujuan politis, misalanya melakukan pencitraan atau sebaliknya, memburukan citra seseorang atau kelompok.
Di Indonesia ada 800 situs, berdasarkan data Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) selama kurun waktu tahun 2017 menyebutkan bahwa pengguna internet di Indonesia adalah peringkat lima dunia dengan jumlah pengguna 132,7 juta orang. Dan jumlah tersebut, sebanyak 18,4 persen atau 24,4 juta orang pengguna internet adalah usia remaja yakni 10-24 tahun, melalui media sosial, portal berita daring, group chat, sms broadcast, dan berbagai bahan komunikasi lainya yang diperkirakan menjadi wadah penyebaran berita palsu atau Hoax dan ujaran kebencian yang dilontarkan oleh pihak yang tidak bertanggung jawab dan menyebar dengan cepat. Permasalahan ini tentunya menjadi ancaman serius bagi kebudayaan nasional, karena budaya Hoax yang diproduksi secara masif sehingga tampak sebagai kebenaran. Dengan demikian perlahan-lahan wawasan kebangsaan tergerus oleh penafsiran ulang yang salah lewat Hoax pada generasi muda kita.
Kemudian tujuan Hoax biasanya dengan alasan main-main, agitasi yang bersifat menghasut, politik, propaganda, dan kepentingan yang berorian tasi pada ekonomi dan bersifat berbahaya. Dalam UU ITE pasal 28 ayat 1, dan 2 yang berbuyi “setiap orang yang secara sengaja dan tanpa hak memberitakan berita bohong akan terkena ancaman yaitu; pidana penjara paling lama 6 tahun dan/atau denda paling banyak 1 milyar”.
Pemicu terjadinya Hoax diantaranya; Cuma membaca Highlight-nya saja, enggan mencari lebih mendalam, percaya sama apa yang enggan dipercaya, hanya percaya pada satu sumber, menutup mata untuk melihat fakta, enggan menindak lanjuti berita hoax, terlalu sering nge-Share. Untuk mengetahui berita hoax atau berita yang bersifat penipuan bisa diketahui dengan cara cross check dari sisi bahasa bisanya menggunakan huruf kapital dan tanda seru pada akhir judul.
Cara yang paling tepat untuk menangkal pemberitaan yang hoax adalah dengan pendidikan kejujuran. Jujur memiliki arti mengakui, berkata atau memberikan suatu penyataan/informasi yang sesuai dengan kenyataan dan kebenaran. Jadi pendidiakan kejujuran adalah suatu sikap seseorang yang menyatakan sesuatu dengan sesungghunya secara benar dan apa adanya tidak menambah-nambah dan tidak mengurangi. Sifat jujur merupakan sifat baik berupa menyampaikan sesuatu dengan benar sesuai kenyataan. Jika tidak disampaikan seuatu sesuai dengan kenyataan maka, dinamakan bohong atau dusta atau sering disebut dengan hoax. Sifat jujur ini sangat penting karena merupakan dasar untuk menjadi patokan sebuah kepercayaan diberikan atas suatu amanah. Jika kita sekali dapat dipercaya orang lain, maka akan dipercayai dan diberi penilain baik. Namun jika sekali mengingkari, maka kepercayaan seseorang kepada kita akan menjadi menurun.
Memiliki sikap jujur sangatlah penting karena dengan kejujuran akan banyak hikmah yang bisa didapat, diantarnya; Pertama, apabila dalam suatu pekerjaan kita selalu mengutamakan kejujuran maka orang akan mempercayai dan menghargai kita. Kedua, menciptakan image yang baik. Ketiga, membentuk karakter dari seseorang. Kempat, membuat orang lain lebih menghargai. Kelima, membuat lebih tanggung jawab. Kenam, menciptakan keluarga dan tempat kerja yang nyaman. Dan ketujuh, terhindar dari sesorang yang suka tuduh-tuduhan yang merugikan.
Macam-macam pendidikan kejujuran, diantarnya; (1) Jujur dalam niat dan kehendak, kalau suatu amal tercampuri dengan kepentingan dunia, maka akan merusak kejujuran niat, dan pelakunya bisa dikatan sebagi pendusta. (2) Jujur dalam ucapan. Jujur dalam tekad dan memenuhi janji. Jujur dalam perbuatan, yaitu seimbang antara lahir dan batin. (3) Jujur dalam kedudukan agama, bahwa kita harus jujur dan mengakui semua ini dikuasai oleh Tuhan jadi kita tidak memiliki hak penuh untuk menguasainya.
Hal-hal yang perlu dilakukan oleh kita agar Hoax dapat dihentikan atau ditangkal dengan cara memulai kesadaran diri akan bahaya Hoax dengan cara menanamkan pendidikan kejujuran kepada diri sendiri, keluarga, masyarakat, dan tidak membuat Hoax yang baru. Kita sebagai pengguna internet adalah pelaku yang bisa saja sewaktu-waktu menjadi penyebab dan penulis konten Hoax dimasa yang akan datang, sehingga dalam penggunaanya kiata harus benar teliti dan membekali diri dengan menumbukan cinta literasi. kemudian menyadari bahaya dari Hoax dapat menimbulkan berbagai kerugian untuk diri sendiri dan orang lain. Langkah terkecil adalah dimulai dari diri sendiri, dengan cerdas memilih berita dan membatasi diri untuk tidak membuat berita Hoax yang baru, sekiranya dapat mengurangi tingkat Hoax dan menghilangkan tren Hoax secara berangsur-angsur.
Untuk menjadi informan/pemberita yang jujur (amanah) adalah kita harus Muhasabah (mengintrospeksi diri sendiri) mulai dari sekarang. Kepercayaan yang diberi oleh sesorang tidaklah mudah untuk bisa kita dapat yang kedua kalinya. Oleh karena itu, jangan sekali-kali mengecewakan orang yang sudah mempercayai kita. Berusaha untuk selalu jujur adalah hal yang sangat tepat. Kita diciptakan oleh Tuhan semata-mata untuk menjadi Khalifah (pemimpin) di bumi, kelak kita akan dipertanggungjawabkan atas apa yang dikerjakanya di dunia. Kejujuran itu ada pada ucapan, dan perbuatan, maka dari itu mari kita tangkal bersama-sama pemberitaan Hoax yang membuat kegaduhan dan ketidak kenyamanan di masyarakat dan negara kita, dengan saling menerakpan sikap kejujuran. [*]
*Penulis adalah dosen di Universitas Terbuka Purwokerto Pada Fakultas Pendidikan, alumnus Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga