Peneliti PSTN: ManajemenTelkom Perlu Dirombak

JAKARTA – PT. Telkom Indonesia sudah berkiprah sebagai jasa layanan telekomunikasi selama 162 tahun. Namun demikian, kalangan pengamat telekomunikasi menilai masih banyak catatan manajemenTelkom yang masih perlu diperbaiki. 

Peneliti pada Pusat Studi Telekomunikasi Nasional (PSTN), Budiman mengungkapkan, PT Telkom Indonesia merupakan tonggak bersejarah bagi bangsa Indonesia dalam proses melayani, ber-inovasi hingga menjelma menjadi kekuatan raksasa telekomunikasi nasional. Namun demikian, kata dia, banyak yang pesimis memandang PT Telkom dimasa sekarang.

“Pesimisme ini bukan tak beralasan. Nilai kapitalisasi pasar Telkom yang tahun sebelumnya menembus angka 450 triliun, merosot jauh hanya dikisaran 350 triliun rupiah. Ada penurunan hingga 100 triliun. Angka fantastis, karena kerja untuk sampai kesana bukanlah pekerjaan ringan,” kata Budiman, Sabtu (22/04/2018) di Jakarta.

Kendati Budiman mengakui PT Telkom menjadi sebuah Korporasi yang besar, setidaknya diukur dari aset dan jaringan telekomunikasi yang tersebar hingga pelosok negeri, namun PT Telkom era kepemimpinan Alex Sinaga saat ini, dinilainya belum bisa menyesuaikan konteks kekinian dimana industri telekomunikasi bergerak kearah komunikasi digital.

“Telkom adalah perusahaan yang sangat strategis bagi negara karena menyangkut komunikasi yang di butuhkan oleh setiap orang. Sebagai perusahaan besar tak bisa Telkom ini di kelola dengan ‘manajemen warteg’ sehingga kurang bisa berinovasi lebih maju, dan tidak memiliki nilai lebih,” tukasnya.

Budiman mencermati harga saham Telkom yang tahun-tahun sebelumnya mampu menembus 6000 rupiah/lembar kini terjun bebas di kisaran 3700 rupiah, bahkan diperkirakan akan terus turun hingga akhir tahun ini. Disisi lain, kata dia, performa perusahaan kian menurun dari sisi pelayanan publik.

“Keluhan atas gangguan layanan internet dan sinyal menjadi informasi lazim dimasa sekarang. Miris memang, tetapi itulah keadaan PT Telkom saat ini. Di satu sisi, skandal sim card bodong yang melibatkan Telkom dan seluruh operator kian memukul wajah industri telekomunikasi. 1 KK dipakai untuk registrasi ratusan ribu nomor sim card,” cetus Budiman.

Dia menambahkan, masalah lain yang tak kalah serius adalah data Kominfo soal 43 juta nomor pelanggan Telkom yang belum registrasi hingga akhir maret, kian memukul PT Telkom. Padahal, kata dia, salah satu yang menjadi aset penting bagi industri telco adalah banyaknya jumlah pelanggan. Tahun lalu, Budiman menemukan data ada 173 juta pelanggan milik Telkom, yang menurutnya angka yang sangat fantastis.

“Soal Satelit Telkom-1 yang hancur tahun lalu, pemerintah dibuat kalang kabut untuk menyelamatkan Telkom dari tekanan dan kemarahan banyak pihak. Manajemen PT Telkom sungguh teledor dalam menangani soal satelit Telkom-1. Keteledoran yang telah menjadi bumerang. Salah siapa, kita tunjuk saja hidung Alex Sinaga. Dialah orang yang paling bertanggungjawab selaku orang nomor satu di salah satu perusahaan terbesar negara ini,” ucapnya.

Ditekankan Budiman, masyarakat sulit untuk membangun optimisme menyaksikan kerja manajemen Telkom saat ini yang boleh dibilang ‘nggak beres’ dan serampangan. PT Telkom, ditegaskan Budiman, butuh perbaikan dan perombakan manajemen,

“Jika terus begini nasib buruklah yang akan menghampiri. Kini bola ada ditangan pemerintah. Mendiamkan keadaan akan terus begini, atau lakukan perubahan untuk kepentingan besar negara. Bertahan dengan keadaan sekarang atau bertindak untuk mencari solusi. 162 tahun Telkom Indonesia, teruslah melayani masyarakat,” pungkas Budiman. (kt7)

Redaktur: Faisal

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Powered by rasalogi.com