Urgensi Pendidikan Seksual Sejak Dini

Oleh: M. Wisnu Abdul Qodir*

Sejak dulu sampai sekarang, pembahasan mengenai segala sesuatu yang berhubungan dengan seksual selalu ada. Dari kebanyakan masyarakat di Indonesia, topik ini masih dianggap tabu. Bisa dibuktikan dengan cara mengajak mereka untuk berdiskusi mengenai hal tersebut dan bisa dipastikan kebanyakan masyarakat masih merasa canggung dan malu-malu. Bahkan, sebagian lagi tidak sepakat bahwa pembahasan yang seperti ini dibahas secara terbuka.

Jika kita mau mengkaji dan memahami secara mendalam, sebenarnya pemikiran mengenai seksualitas itu tidak selamanya buruk. Tergantung bagaimana cara kita menyikapinya, sehingga pemikiran yang negatif seperti itu harus dihilangkan sehajauh mungkin dari benak kita.

Secara tidak langsung dan tidak dapat dipungkiri pula bahwa seksualitas itu haruslah dipelajari oleh setiap orang. Namun, pembelajarannya jangan yang dalam konteks negatif. Akan tetapi, pembelajaran yang bersifat urgen, diantaranya ialah tanda-tanda pubertas seseorang, bagaimana cara menangani saat terserang suatu permasalahan-permasalahan atau penyakit seksual, dan lain sebagainya.

Sebenarnya, pengetahuan seks itu sangatlah penting bagi setiap orang. Anak kecil itu tidak mengerti mengenai seksual itu apa. Kalau tidak ada yang mengajarkan pengetahuan ini dengan baik dan yang semestinya, maka mereka tidak akan pernah paham. Malahan mereka nantinya tidak memiliki informasi yang benar dan kemungkinan buruknya, ia akan melakukan sesuatu yang tidak benar. Jangan sampai anak-anak itu mengetahuinya ketika saat sesuatu yang buruk sudah terjadi padanya.

Jika keadaan ketidak tahuannya dimanfaatkan oleh orang lain, itu akan menjadi sangat berbahaya bagi memorialnya dalam menjalani kehidupan pada masa depannya. Mungkin, di awal-awal si anak itu hanya menganggap kegiatan itu hanya lucu-lucuan belaka. Tapi, semua itu akan sangat berbeda kalau dia sudah diberikan pendidikan seksual, maka ia akan tahu kalau kegiatan itu tidak boleh.

Anak-anak tidak mengetahui dan tidak pernah dikasih tahu mengenai pembelajaran seksual. Jadi, pada saat mereka dilecehkan, dan lain sebagainya, mereka tidak akan tahu. Di sinilah salah satu kesalahan dari kebanyakan orang-orang tua kita, yang tidak mendidik mereka. mereka tidak memberi pengetahuan dan pemahaman mengenai seksual atau kesehatan reproduksi atau kesehatan keluarga yang cukup, sehingga anak tersebut belum bisa melindungi dirinya jika ada sesuatu yang tidak diinginkan.

Yah benar, memang bagi sebagian orang kalau membicarakan mengenai seks merupakan hal yang tabu. Kebanyakan dari mereka tidak sepakat kalau pembahasan yang seperti ini dibahas secara terbuka. Padahal, kalau kita membicarakan segala sesuatu yang berkaitan dengan seks untuk tujuan yang baik, itu akan menjadi lebih baik bagi si anak. Memang, hal-hal yang seperti ini tergantung juga pada kondisi lingkungan keluarga. Kalau keluarganya sangat kulitan atau agamis, anak tersebut tinggal diomongin “nak, perbuatan yang seperti itu adalah dosa.” itu mungkin, tidak begitu bermasalah karena mereka akan diam dan patuh begitu saja.

Namun di lain pihak, pasti semua orang sudah mengetahui bahwa pada zaman sekarang sangat berbeda dengan zaman dulu. Sekarang, media informasi sudah sudah berkembang begitu canggih, sehingga semua orang sudah bebas dan selalu bisa mengakses segala informasi yang diinginkan kapanpun dan dimanapun. Semuanya sudah ada dan lengkap, entah melalui you tube, google atau yang lainnya. Mereka bisa mengakses segala macam, mulai dari alat bantu seks, obat kuat, LBGT semua itu sudah tersedia secara bebas.

Dari sinilah orang tua memiliki peran yang harus dioptimalkan kepada anaknnya. Bisa dengan cara mengimunisasi kekebalan agar anak tidak kejerumus ke jalan yang sesat. Imunisasi yang dimaksud ialah berupa pengetahuan. Walaupun bersifat negatif, tapi itu juga suatu pengetahuan, maka imunisasinya harus juga bersifat pengetahuan. Pada zaman sekarang, pengetahuan itu harus dilawan dengan pengetahuan. Tidak mungkin kita hanya mengajarkan ini dosa, itu dosa. Semua tidaklah bisa semudah itu, Karena pasti mereka akan menanyakan kenapa dosa? Memang apanya yang membuat dosa?

Mungkin dalam keluarga itu tidak pernah membicarakan dan membahas seksual sama sekali. Tapi, sebagai orang tua yang sudah memiliki anak seharusnya ia mengajarkan kepada anaknya. Sebaiknya, mulailah memberikan pendidikan seksual pada anak sedini mungkin. Namun, harus sesuai   dengan tingkat usia, kesiapan, dan kematangan anak.

Pertama, Bagi balita atau pra sekolah. Mereka cukup mengenal anggota tubuh pria dan wanita dan bisa memahami cara merawatnya. Dari sinilah, orang tua harus mulai mengajarikan kemandirian anak berupa cara atau teknik untuk basuh badan sendiri, terutama saat ke toilet. Seharusnya, anak umur empat tahun itu sudah bisa. Namun, biasanya yang menjadi kendala adalah orang tua tidak memberikan kesempatan kepada anaknya karena terlalu khawatir tidak bersih, sehingga mbak atau masnya yang basuh. Padahal, mereka juga belum tentu juga aman untuk tidak melakukan kejahatan seksual. Karena pada sejatinya, belum tentu kalau yang dewasa itu lebih bersih saat membasuh.

Kedua, bagi anak SD yang masih kecil. Mereka perlu mengenal fungsi dan peran, serta perbedaan fisik anggota tubuh pria dan wanita. Bagaimana cara berpakaian yang baik dan sopan dan membedakan pakaian saat main dengan seragam sekolah, serta yang paling utama ialah cara bergaul dalam mencari teman sepermainan.

Ketiga, bagi anak SD yang sudah besar atau pra remaja, yaitu mulai diperkenalkan mengenai pubertas dan perubahan yang mengikutinya, serta sudah harus memahami batas-batasan pergaulan antara pria dan wanita. Dalam hal ini, orang tua harus memahamkan kepada anaknya saat usia yang seperti ini. Pemahamannya bisa berupa pola-pola perubahan tubuh dalam proses menuju kedewasan, karena biasanya kalau mulai perubahan itu ada sesuatu yang bersifat ketidak nyamanan, sehingga mereka bisa mengantisipasinya dengan baik dan benar.

Selain itu juga, banyak sekali manfaat dari pendidikan seksual ini, diantaranya ialah anak bisa memahami pengetahuan seks secara tepat sesuai usia, orang tua berkesempatan untuk memulai pembicaraan dan menyampaikan nilai-nilai yang berlaku, sehingga anak tidak malu untuk berbicara mengenai seks kepada orang tua karena hubungan keduanya semakin akur, anak dapat menentukan prilaku yang sesuai dengan harapan lingkungan

Banyak sekali prinsip atau cara yang harus dimiliki oleh setiap orang tua saat berkomunikasi tentang seksual dengan anak. Bisa juga dengan mencoba untuk membaca bahasa tubuhnya. memulai dari apa yang dia pahami dan lebih ke arah berbagi dan mendengar aktif. Fokus dengan topik yang sedang dibahas oleh anak serta menghindari hal-hal yang tidak relevan. Hindari tindakan penghakiman, kembangkan sikap empati dan gunakan perasaan, tidak sekedar logika, sehingga anak bisa percaya, nyaman terhadap orang tua, dan bisa mengutarakan segala sesuatu yang dirasakan oleh anak. Wallahu’alamu bi al-Shawab. (*)

* Mahasiswa Akuntasi Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Powered by rasalogi.com