Oleh: Muhammad Ikhsan Hidayat*
Al-Qur’an dan Sunnah sebagai sumber hukum umat Islam telah memuat segala bentuk aturan kehidupan manusia termasuk dalam bidang ekonomi. Karena dengan menjalankan ekonomi yang dilandasi kedua sumber tersebut, yaitu Al-Qur’an dan Sunnah, maka kehidupan umat Islam akan terjamin. Di dalamnya dijelaskan tentang tindakan-tindakan yang harus dilakukan dan pastinya benar. Seperti dalam hal keadilan, tidak sedikit ayat Al-Qur’an yang memerintahkan manusia untuk berlaku adil dalam segala hal.
Dengan demikian, sebagai muslim yang taat agama, sangat dianjukan untuk mengaplikasikan segala ajaran agama dalam kehidupan, termasuk dalam bidang ekonomi. Menerapkan nilai-nilai agama berarti telah taat pada Allah dan Rasulnya. Maka dari itu, menjadi suatu keharusan untuk mempelajari ekonomi Islam. Sebagaimana dulu pada zamannya, Rasulullah dan para Sahabat dalam berdagang selalu menerapkan sebuah prinsip yang dilandasi oleh ajaran Islam dan selalu sukses. Tidak ada ruginya apabila umat Islam menerapkan atau mengamalkan nilai-nilai agama dalam kehidupan sehari-hari.
Tidak sedikit problematika yang dihadapi masyarakat Islam di Indonesia saat ini. Bidang ekonomi menjadi salah satu faktor ketidakmerataan tingkat kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat.Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), bahwa presentase penduduk miskin di Jawa Tengah pada tahun 2018 mencapai 9,67 persen. Bahkan, Ketimpangan antara orang kaya dan miskin di Indonesia masih cukup tinggi, hasil survei lembaga keuangan Swiss, Credit Suisse tahun 2017 menempatkan Indonesia pada peringkat 4 dunia. Adanya kesenjangan ekonomi memang terjadi sudah cukup lama, yang mana si kaya semakin kaya dan si miskin justru semakin miskin.
Selain itu, jumlah pengangguran di Indonesia yang terus meningkat. Pada akhir tahun 2017, menurut data BPS bahwa jumlah pengangguran sebanyak 6,87 juta. Lagi-lagi salah satu penyebabnya karena faktor ekonomi, banyak dari pelajar yang tidak mampu membiayai pendidikannya hingga ke jenjang SMA maupun Perguruan Tinggi. Kurangnya lapangan pekerjaan yang tersedia, juga karena kurangnya keterampilan seseorang sehingga membuatnya bersusah payah dalam mencari pekerjaan. Ditambah lagi dengan banyaknya fresh graduate yang masih memilih-milih pekerjaan. Inilah salah satu faktor yang menyebabkan bertambahnya jumlah pengangguran.
Dari beberapa problematika ekonomi di atas, maka tidak bisa dibiarkan begitu saja. Adanya kemiskinan dan ketidakmerataan kesejahteraan umat itu perlu dipecahkan dan diusahakan jalan keluarnya. Selain umat sendiri, upaya untuk setidaknya yang dapat dilakukan untuk mencari jalan keluar dalam “pemberantasan kemiskinan” ialah dari pemerintah. Tugas dan tanggung jawab pihak pemerintah, baik pemerintah pusat maupun daerah harus dilakukan dengan sebaik-baiknya. Pemimpin memikirkan rakyatnya secara menyeluruh, sehingga rakyat bisa mendapatkan kesejahteraan secara merata.
Solusi Problematika Ekonomi Islam
Dalam rangka mempermudah dan memperlancar proses perbaikan ekonomi umat, maka perlunya usaha yang dilakukan untuk memecahkan problematika yang dialami oleh umat saat ini. Salah satunya menerapkan kebijakan “ekonomi makro”, menurut Budiono teori “ekonomi makro” ialah pokok ekonomi, baik berjangka pendek maupun berjangka panjang yang meliputi stabilitas dan pertumbuhan perekonomian suatu negara. Maka dengan kebijakannya, pemerintah harus melakukan berbagai upaya untuk mengatasi suatu permasalahan.
Usaha yang pemerintah pusat maupun daerah lakukan dalam pembinaan dan pengembangan terhadap kelompok usaha kecil menengah perlu ditingkatan. Karena dengan berkembangnya kelompok usaha tersebut, maka kondisi dan kekuatan ekonomi umat akan membaik. Yakni perlunya perhatian khusus terhadap kelompok ekonomi umat, terutama yang bergerak di sektor yang berskala kecil. Karena melalui sektor kecil, maka pengembangan dalam bidang ekonomi akan berkembang secara menyeluruh.
Berbeda dengan “ekonomi makro” (pemecah masalah), “ekonomi mikro” merupakan suatu teori yang mencakup berbagai masalah, dan sulit untuk diselesaikan. Maka, diperlukan suatu solusi untuk mengatasi “ekonomi mikro”. Sabagai salah satu contoh dari “ekonomi makro” ialah pengangguran, yang terjadi karena ada sebagian pekerja tidak terserap. Hal ini disebabkan karena kurangnya jumlah pendapatan yang diterima oleh tenaga kerja. Maka, upah bagi para tenaga kerja harus layak agar kebutuhan mereka dapat terpenuhi.
Dengan begitu, keadaan ekonomi khususnya tenaga kerja akan meningkat dan mengurangi jumlah pengangguran di Indonesia. Baik dari pihak pemerintah maupun swasta bertanggung jawab terhadap upaya penurunan jumlah pengangguran. Antara lain dengan memperluas kesempatan keja, dengan membuka industri di wilayah yang banyak jumlah penganggurannya. Pemerintah bisa membuka beberapa proyek-proyek umum, seperti pembuatan jalan, tol, pembangunan gedung, jembatan dan lainnya.
Masalah ekonomi sebenarnya bisa diselesaikan, apalagi jika merujuk pada Al-Qur’an dan Sunnah. Bagi ajaran Islam, menuntut seluruh umatnya untuk mengamalkan ajaran agama dalam segala aspek kehidupan. Seluruh aspek kehidupan Islam memiliki pandangan tersendiri mengenai masalah perekonomian. Jika melihat faktanya, dapat disimpulkan bahwa terjadinya permasalahan ekonomi yang melanda umat bukanlah diakibatkan karena adanya faktor kelangkaan barang dan jasa melainkan faktor kesenjangan ekonomi, yaitu distribusi kekayaan yang ada di masyarakat yang tidak merata.
Oleh karenanya, untuk mengatasi problem utama ekonomi sebenarnya adalah pemerataan pendistribusian harta kekayaan sehingga semua individu terpenuhi kebutuhan pokoknya dan kekayaan tersebut tidak hanya beredar dikalangan orang-orang atas saja. Banyak ayat al-Quran maupun Hadits mengenai masalah distribusi kekayaan, seperti dalam QS al-Hajj :28. yang di dalamnya terdapat anjuran perintah kepada manusia agar menginfakkan harta dan memberi makan orang-orang fakir, miskin, dan kekurangan. Wallahu a’lam bish-shawab. (*)
*Penulis adalah Peneliti Muda di Lembaga Pendidikan Darul Qolam Semarang