Oleh: Kurnia Pangesti Avesiana*
Peringatan Sumpah Pemuda telah berlalu, tepatnya 28 Oktober kemarin.Sebuah momen yang selalu dirayakan setiap tahun sebagai hari besar nasional. Sumpah pemuda merupakan sebuah bentuk tekad bulat para pemuda untuk mengakhiri penindasan yang dilakukan oleh para penjajah. Gejolak semangat para pemuda terdahulu itu melahirkan ikrar pemuda yang tertuang dalam teks Sumpah Pemuda.Rumusan isi Sumpah Pemuda itu ditulis oleh Moehammad Yamin ketika Sunario sebagai utusan kepanduan tengah berpidato tentang nasionalisme di sesi terakhir kongres.Setelah itu, rumusan isi ini dibacakan oleh Soegondo dan dijelaskan secara detail dan menyeluruh oleh Moehammad Yamin.
Pemuda merupakan tulang punggung bangsa. Pemuda sebagai penentu masa depan, mau dibawa kemana arah masa depan bangsa. Sebagai penerus dan penentu, sudah sepatutnya pemuda melihat dengan kritis permasalahan negara, juga mengembangkan potensi untuk kemajuan negara. Kemerdekaan bangsa dan lahirnya Indonesia mencerminkan dinamika perjuangan yang melibatkan seluruh lapisan masyarakat, termasuk permuda. Indonesia yang memiliki banyak sumber daya alam, namun juga memiliki banyak permasalahan, jika dahulu pemuda tidak bergerak dan turun tangan maka kemungkinan besar kita masih berada di bawah tekanan penjajah.
Boedi Oetomo salah satunya, organisasi yang digagas oleh Soetomo yang mampu mempersatukan dan memperbaiki nasib bangsa, termasuk membangun karakter bangsa. Soetomo menyatakan bahwa masa depan bangsa ada di tangan pemuda. Organisasi ini terbuka untuk siapapun , tidak memandang kedudukan, kekayaan, atau pendidikan, ras suku dan agama. Hadirnya Boedi Oetomo kemudian memberi semangat bagi tumbuh kembangnya pergerakan di berbagai daerah sehingga organisasi di setiap daerahnya melebur dan terbentuk Perhimpunan Pelajar Pelajar Indonesia (PPPI) pada tahun 1922, PPPI adalah organisasi pemuda yang beranggotakan pelajar dan pemuda dari seluruh wilayah Nusantara (Indonesia). Setelah lahirnya PPPI, kemudian melaksanakan kongres kedua pada tanggal 28 oktober 1928 dan penutupnya diikrarkan janji setia yang kemudian popular dengan sebutan sumpah pemuda.
Sumpah Pemuda merupakan komitmen kebangsaan yang utuh dari semua elemen masyarakat Indonesia, yaitu dengan mementingkan kepentingan bangsa dari pada mementingkan kepentingan individu maupun kelompok, dengan kesatuan yang hakiki: satu nusa, satu bangsa, satu bahasa yaitu Indonesia. Sumpah pemuda merupakan momentum lahirnya bangsa Indonesia. Bangsa Indonesia adalah kumpulan kelompok manusia (rakyat) yang memiliki karakter dan jati diri bersama yaitu Indonesia.
Dari fakta sejarah diatas, dapat dikatakan bahwa betapa kaum muda juga berperan dalam pembentukan bangsa Indonesia. Melalui perjuangan yang mengedepankan kesatuan dan persatuan bangsa yang di landasi dengan didorong perjuangan tidak kenal lelah dan tanpa pamrih mereka mampu melewati rintangan berat. Mereka adalah pemuda yang berkarakter, idealis dan mandiri, generasi muda telah menggulirkan semangat berkarakter mereka melalui tekad dan keberanian, dan jiwa pantang menyerah serta menggelorakan patiotisme dan nasionalisme. Pancaran Individu-individu, suku bangsa dan kelompok atau golongan dari Sabang sampai Merauke mencermikan nilai-nilai luhur bangsa Indonesia.
Mereka kaum muda yang dengan semangat juang, keringat, dan pikiran mereka curahkan untuk membela bangsa dan negara, selain itu mereka juga memperkuat persatuan tanpa melihat perbedaan yang di miliki karena tujuan mereka satu. Bagaimana dengan pemuda sekarang? apakah mereka masih menjujung persatuan dan kesatuan, tanpa melihat perbedaan ras, suku bangsa dan agama.
Dewasa ini kita banyak melihat permasalahan yang terjadi akibat perbedaan, dimulai dari perbedaan pendapat yang menimbulkan konflik hingga saling serang, perbedaan agama juga menjadi pemicu utama terjadinya konflik antarrakyat, dengan mudah menyulut emosi hingga melontarkan kata-kata rasis yang tak perlu di ucapkan, sekarang toleransi menjadi barang langka, bahkan kepentingan individu dan kelompok diutamakan daripada kepentingan umum, mereka menganggap bahwa mereka yang paling benar dan bisa seenaknya saja mengkafirkan orang, mencaci apa yang dilakukan orang lain.
Pemuda yang seharusnya menjadi tonggak dan menyatukan perbedaan kini terprovokasi menjadi anti perbedaan, emosi yang gampang tersulut menjadi penyebab utama terjadinya konflik. Kesatuan punah hingga pemuda sekarang tak terlalu kritis dalam menanggapi masalah yang ada di sekelilingnya. Mereka seperti sudah bosan dengan permasalahan yang tak kunjung selesai, sekarang mereka memilih untuk berdiam diri dan sibuk dengan sosial mediannya, menaikkan jumlah follower hingga bergantung kepada para sucriber. Mereka rela melakukan apa yang di minta oleh para netizen yang dapat terkadang harus melakukan hal konyol hanya untuk mendapatkan ratting yang bagus di sebuah cannel, namun mereka lupa bahwa negara sedang tidak baik-baik saja. Negara membutuhkan pemuda yang mempunyai rasa peduli, empati serta mempunyai perilaku sosial yang di lakukan di dunia nyata tidak hanya di dunia maya.
Perbedaaan yang seharusnya menjadi perekat diantara pemuda kini menjadi penghalang yang sangat kuat, canggihnya teknologi tidak membuat pemuda kini menjadi pribadi yang ebih baik, mereka lebih nyaman dengan gadget-nya saat bertemu teman lama, lebih nyaman dengan mengapload foto di sosial media dibandingkan dengan berbincang-bincang dengan teman bicara. Nilai-nilai Pancasila yang seharusnya kini dijunjung kita abaikan hanya demi kepentingan individual, bahkan teknologi sekarang memberikan pengaruh yang signifikan terhadap mental para pemuda. Itulah megapa perubahan sikap ini harus ditanggulangi, perubahan bisa dimulai dari diri sendiri, kesadaran diri adalah kunci utama untuk melakukan perubahan. (*)
*Penulis adalah Mahasiswa Pendidikan Agama Islam (PAI) Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo Semarang, Mahasantri di Pondok Pesantren Ibnu Hajdar (PPIH) Ngaliyan, Semarang.