Pemimpin, Pendidik dan Pejuang

Oleh: Muhammad Ikhsan Hidayat*

Memimpin tidak selalu diartikan dengan mendidik, tapi mendidik sudah tentu harus memimpin. Ketika menjadi seorang pendidik, berarti juga harus menjadi pemimpin. Hal tersebut dikarenakan apabila seseorang hanya sekadar memimpin, maka cukup dengan memberikan instruksi-instruksi saja kepada bawahan. Wibawa seorang pemimpin bukan hanya dari teknik atau cara memimpin namun juga dari jiwa dan seni kepemimpinannya.

Begitulah umumnya cara kerja pemimpin birokrasi. Seorang pemimpin di Pesantren misalnya, pimpinan pesantren tidak hanya sekadar menjadi pemimpin birokrasi. Sebagai pemimpin, sebenarnya mereka adalah seorang pendidik, juga pejuang. Berjuang untuk membela, membantu dan mengembangkan kemajuan pondok pesantren tersebut.

Menjadi pendidik saja belum cukup, karena bila orientasinya demikian, maka ia akan berhenti pada upaya memberikan layanan pendidikan. Kalau hanya sekadar mendidik, cukup dengan mengikuti alur yang sudah ada. Bertahun-tahun hanya menekuni rutinitas yang bergulir begitu saja dengan hanya menjadi seorang pendidik. Dengan menjadi pejuang, yang berjuang untuk mendidik, maka akan meningkatlah kualitas dari sebuah lembaga pendidikan.

Sikap seorang pemimpin

Dapat dikatakan bahwa mendidik adalah seni. Upaya suci ini tentu akan menemui banyak sekali halangan dan hentakan. Ada pihak yang kerjaannya hanya mengkritik saja. Maka, sikap kita dalam menghadapinya ialah dengan bertahan. Upaya pertahanan yang baik adalah menyerang. Bukan orang yang mengkritik yang kita serang, akan tetapi pekerjaan kita yang kita serang.

Jika dikritik, maka jangan sampai diam saja, dan terus menerus memikirkan kritikan orang lain. Perlu diketahui, bahwa segala pekerjaan, dan segala perbuatan baik tidak akan luput dari kritik. Maka, sikap kita terhadap kritikan tersebut yakni dengan tidak terlalu memikirkan kritikan itu, tapi balaslah dengan “menyerang” permasalahan yang sedang kita hadapi. Kita “serang” pekerjaan kita.

Sekali lagi, mendidik itu juga memimpin. Mendidik itu mengawal, memberikan penugasan, membiasakan bekerja keras. Kenapa seberat itu? Karena sebagai seorang yang memiliki impian dimasa yang akan datang. Cita-cita hanya bisa dicapai dengan etos kerja yang tinggi. Etos kerja yang tinggi harus dikawal dengan disiplin. Disiplin-disiplin inilah yang menjadi kunci. Tak kalah penting adalah disiplin dalam diri kita sendiri.

Maka, jangan sampai bosan untuk menjadi manusia yang baik. Apabila dhamir (hati kecil) kita arahkan untuk melahirkan perbuatan baik, akan semakin bagus. Tapi apabila sebaliknya, kita tidak memakai dhamir itu untuk kebaikan, maka ia akan menjadi rusak. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW:

“Ketahuilah, sesungguhnya di dalam tubuh segumpal deging. Apabila ia baik, maka baiklah seluruh tubuh, dan apabila ia rusak maka rusaklah seluruh tubuh. Ketahuilah (segumpal daging) itu adalah hati.”

Nyali Seorang Pemimpin

Nyali seorang pemimpin tidak boleh rendah ataupun lemah. Sebagai pemimpin hendaknya sigap bertindak, mengambil keputusan dan nyali mengambil inisiatif. Kalau tidak berbuat atau bertindak karena keterbatasan kekuasaan, ini tidak jadi masalah. Asal jangan karena keterbatasan inisiatif. Maka, salah satu cara untuk meningkatkan nyali ialah dengan menguasai permasalahan dan dapat menyelesaikannya.

Ketika terampil dalam menyelesaikan masalah, terbiasa dalam menghadapi berbagai masalah, meskipun awalnya hanya dengan mencoba-coba menyelesaikan masalah, maka dia akan terbiasa serta terampil dalam menyelesaikan masalah.

Perlu diketahui bahwasanya sistem di lembaga manapun tergantung pelaksana dan pemimpinnya. Maka menjadi pemimpin, setidaknya berkaliber tinggi. Berbicara masalah kaliber, dapat dipahami bahwa kaliber seseorang bermacam-macam, ada yang kalibernya tinggi, ada yang sedang-sedang saja dan ada yang rendah. Tergantung pengalamannya dalam melakukan sesuatu, pemahaman, kemauan, serta keterpanggilan untuk melakukan hal tersebut. (*)

*Penulis adalah Peneliti di Pon Pes Dar al-Qolam Semarang

 

 

 

 

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Powered by rasalogi.com