Nikmatnya Kemerdekaan

Oleh: Mohammad Khamim*

Setiap tanggal 17 Agustus seluruh bangsa Indonesia merayakan   Hari Ulang Tahun(HUT) Kemerdekaan. Besok, 17 Agustus 2024 merupakan HUT  yang ke-79. Bagi bangsa Indonesia, kemerdekaan sebagaimana dituangkan dalam Pembukaan UUD 1945 disebutkan sebagai Rahmat Allah. Itu menunjukkan bahwa ketika meraih kemerdekaan, para founding father kita meyakini betul bahwa ‘tangan-tangan’ Allah ikut merekayasa dan ikut mendorong keberanian duet Soekarno-Hatta untuk menyatakan kemerdekaan, sekaligus menjadi tonggak sejarah bagi lepasnya imperialisme dan kolonialisme di bumi pertiwi Indonesia.

Setelah kemerdekaan diraih, apa yang harus kita lakukan? Para pendiri negara kita merumuskan tujuan kemerdekaan dijelaskan dalam Pembukaan UUD 1945 alinea 4, yaitu untuk melindungi segenap Bangsa Indonesia  dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadailan sosial.

Sungguh sangat ideal cita-cita luhur kemerdekaan Indonesia. Sebuah cita-cita yang perlu dibumikan, tidak sekedar menjadi impian di negeri angan- angan. Namun dalam realitanya cita-cita itu tidak sampai ke bawah. Nikmat kemerdekaan yang diperoleh dan dirasakan oleh bangsa Indonesia seakan-akan terlupakan. Banyak dari pengelola negara ini yang merasa merdeka sendiri, sementara rakyat di lapisan bawah masih tetap terkungkung, terbelenggu dalam bentuk penindasan, dan penjajahan gaya baru.

Kehidupan dirasakan oleh kalangan bawah penuh dengan  ketidakpastian. Untuk menyambung kehidupan sehari-hari terasa berat, jutaan rakyat yang susah untuk membiayai sekolah anak-anaknya. Sehingga karena lilitan ekonomi yang begitu tinggi, akhirnya banyak yang menempuh jalur pintas. Sebuah fenomena yang sukar dibayangkan bisa terjadi di bumi Indonesia yang merupakan negara terkaya di dunia, kalau dilihat dari potensi yang dimilikinya

Kunci dari semua persoalan itu adalah para penyelenggara itu melupakan nikmat karunia dari Allah. Mereka tidak mensyukuri nikmat kemerdekaan yang sudah diberikan oleh Allah kepada umat manusia. Padahal dalam Al Qur’an secara diingatkan bahwa barangsiapa yang mensyukuri nikmat karunia Allah, maka Allah akan menambah nikmat itu, tapi kalau kufur akan nikmat Allah, maka Allah akan  menurunkan adzab yang pedih. Timbul pertanyaan besar, apakah krisis multidimensional yang terjadi belakangan ini merupakan adzab dari Allah atau hanya sekedar peringatan. Apa pun bentuknya adzab atau peringatan patut kita sikapi dengan melakukan introspeksi diri, dan merenungkan ulang, apakah selama ini sebagai bangsa sudah betul- betul sejalan dengan tujuan ketika memerdekakan Indonesia, atau hanya semata- mata untuk memerdekakan diri, dan keluarga saja.

Kalu itu yang terjadi, barangkali peringatan Allah di bawah ini yang mengatakan: Allah tidak akan mencabut nikmat yang telah la berikan kepada suatu kauni, selama kaum itu tetap taat dan bersyukur kepada Allah (Qs.8:28), patut kita renungkan. Momentum 79 tahun kemerdekaan Indonesia, jangan hanya sekedar dirayakan dengan berbagai atraksi dan aneka lomba, melainkan harus dihujamkan dalam hati dengan tekad, untuk membangun Indonesia baru, dengan semangat lama, ketika menyatakan kemerdekaan Indonesia dulu.

*Dikutip dari berbagai sumber.

*Mohammad Khamim adalah Dosen Fakultas Hukum dan Magister Hukum Universitas Pancasakti Tegal.

44 / 100

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Powered by rasalogi.com