Suasana diskusi di UC Universitas Gajah Mada, Sabtu, 1 November 2025.
JOGJAKARTANEWS.COM, Yogyakarta — Algoritma kini tak lagi sekadar alat penyebar informasi, tetapi telah menjadi aktor baru yang membentuk opini publik. Hal itu terungkap dalam seminar nasional bertema “Disinformasi & Algoritma: Bagaimana Media Digital Membentuk Opini Publik” yang digelar Keluarga Alumni Universitas Gadjah Mada Komunitas Pers Mahasiswa (Kagama Persma) di University Club UGM, Sabtu, 1 November 2025.
Ketua Kagama Persma, Dia Mawesti, mengatakan, teknologi algoritma media sosial kini berperan menentukan isu apa yang dianggap penting dan mana yang dilupakan publik.
“Teknologi, khususnya algoritma tidak hanya jadi alat, tetapi juga jadi aktor yang membentuk opini publik dan persepsi masyarakat,” ujar Dia.
Dia menilai, pergeseran ini membawa tantangan baru bagi dunia pers. Jika dulu tekanan datang dalam bentuk sensor atau represi fisik, kini pertempuran terjadi di ranah digital dengan musuh berupa disinformasi dan bias algoritmik.
“Kita tidak lagi hanya berhadapan dengan sensor seperti 30 tahun lalu, tapi juga dengan disinformasi dan algoritma yang mengatur cara masyarakat memahami realitas,” katanya.
Sementara itu, dosen Ilmu Komunikasi FISIP UGM Abdul Gaffar Karim menegaskan bahwa disinformasi menjadi ancaman serius bagi demokrasi modern.
“Banyak literatur politik mengeluhkan penurunan kualitas demokrasi akibat disinformasi. Ia menjadi perusak demokrasi modern,” tegas Gaffar.
Menurut Gaffar, situasi ini makin parah karena dibiarkan oleh kelompok elit. “Isu-isu soal rendahnya kepercayaan publik terhadap lembaga negara justru sengaja dipelihara oleh aristokrat agar kekuasaannya tak terganggu,” ujarnya.
Seminar ini menjadi bagian dari rangkaian peringatan 40 tahun BPPM Balairung UGM — ajang refleksi kritis atas relasi media, teknologi, dan demokrasi di era digital.
FULL














