Diskusi yang diadakan oleh Kagama Persma di UC UGM, Sabtu, 1 November 2025
JOGJAKARTA.COM, Yogyakarta — Digitalisasi dan kecerdasan buatan (AI) membawa perubahan besar bagi ekosistem media. Dalam seminar nasional Kagama Persma di UGM, para jurnalis dan akademisi mengungkap bahwa algoritma kini merebut peran media dalam membentuk opini publik — sekaligus memperparah krisis kepercayaan masyarakat terhadap berita.
Direktur Eksekutif Asosiasi Media Siber Indonesia (AMSI) Elin Y. Kristanti mengatakan, algoritma media sosial mengubah orientasi media dari memenuhi kebutuhan pembaca menjadi memenuhi kebutuhan mesin.
“Saya sebagai wartawan tidak pernah berpikir menulis berita untuk mesin, tapi kenyataannya seperti itu sekarang,” ujarnya.
Menurut Elin, digitalisasi membuat media kehilangan pembaca dan pendapatan, sementara kehadiran AI memperburuk keadaan.
“Laporan investigasi itu butuh biaya besar tapi disedot AI tanpa perlu membayar,” katanya. “Media harus tetap ada untuk mengawal demokrasi. Tidak bisa kita serahkan demokrasi kepada netizen.”
Pandangan serupa disampaikan Fransiskus Surdiarsis, anggota Komite Independen Publisher Right. Ia menilai banyak platform AI menggunakan konten media tanpa tanggung jawab.
“Konten media sering digunakan untuk memberi makan AI tanpa kompensasi. Ini berbahaya bagi ekosistem media,” tegasnya.
Sementara jurnalis BBC News Aghnia Adzkia mengingatkan bahwa AI juga memudahkan produksi disinformasi.
“AI memang memudahkan pekerjaan, tapi juga menghadirkan hal-hal yang mengkhawatirkan. Solusinya tidak bisa bergerak sendiri-sendiri,” katanya.
Seminar yang digelar Kagama Persma itu menjadi ruang refleksi bagi jurnalis, akademisi, dan mahasiswa tentang bagaimana media digital, algoritma, dan AI kini menguji ketahanan demokrasi di Indonesia.
FULL














