Gas Melon di Jogja Langka, Bukti Rezim Anti Subsidi

YOGYAKARTA – Beberapa hari terakhir masyarakat jogja, khususnya kalangan rumah tangga dan pengusaha kecil dipusingkan dengan ‘lenyapnya’ LPG 3 kilogram atau gas melon dari pasaran. Jika pun ada, harganya sudah melambung tinggi dan bahkan ada sebagian yang memainkan harga gas bersubsidi tersebut hingga tembus Rp 24.000 per tabung. (baca juga: Meski BBM Premium Tak Naik Gas Melon di Yogyakarta Tembus Rp24000)

Kondisi ini tentu sangat disayangkan mengingat banyaknya kalangan tidak mampu yang bergantung pada gas melon. Kalangan usaha kecil yang bertumpu pada gas melon pun mengaku rugi sebab biaya produksi yang meningkat tajam. Hal ini seperti diungkap oleh pelaku usaha kuliner yang baru merintis usahanya sejak sebulan yang lalu, Siregar (30). “Sangat terbebani mas, hitungan biaya produksi kita kan mengacu pada penggunaan gas melon, tak mungkin beralih secepat itu ke gas yang gede karena modal kami pun pas-pasan, ditambah belum ada keuntungan pada bulan ini,” pungkas pria yang buka lesehan di Jl Gowok, Yogyakarta, Selasa (05/05/2015) kepada Jogjakartanews.com

Hal senada juga diungkap oleh ibu rumah tangga yang tinggal di pinggir rel daerah Pengok, Gondokusuman Yogyakarta, Lasmi (35). Ia mengungkap akibat susahnya gas melon ia dan keluarga belakangan kerap makan di luar. “Susah nyarinya mas, suami muter-muter katanya gak nemu padahal waktu itu saya di dapur sedang masak, terpaksa dihentikan dan beli makan diluar,” akunya.

Aktifis Rezim Watch Yogyakarta, Ubaidillah juga menyesalkan kondisi gas melon yang tak kunjung stabil. Menurutnya, kondisi ini semakin menunjukkan pemerintah dibawah Presiden Jokowi adalah rezim anti subsidi. “Ini merupakan skenario pemerintah supaya beralih ke gas 12 kg. Gas melon ini kan gas bersubsidi, jelas lebih diminati dibanding gas 12 kilogram yang tidak disubsidi, mengapa? karena pendapatan rata-rata masyarakat kecil, tak mampu beli gas 12 kg,” pungkas Ubaidillah.

“Subsisi BBM sudah dicabut, listrik bulan ini naik, sekarang subsidi gas memang tidak dicabut, tapi dibuat langka, sama saja kan, anti subsidi, ” tegasnya. Ia meminta pemerintah segera mengembalikan gas subsidi ke pasaran. Masyarakat menurutnya sudah terlalu terbebani dengan kenaikan harga-harga yang sudah kian tidak terjangkau.

“Janganlah dicabut semua hak rakyat, kembalikan. Jangan menjalankan pemerintahan seoalah-olah menjalankan bisnis dan rakyat adalah konsumennya,” tegasnya. (Ning)

Redaktur: Rudi F

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Powered by rasalogi.com