Membumikan Kembali Marhaenisme, KBM DIY Konsolidasikan Kader

YOGYAKARTA – Marhaenisme selama 32 tahun Orde Baru (Orba), paham marhaenisme, ditenggelamkan. Padahal, marhaenisme adalah ajaran Bung Karno (Presiden Soekarno) yang senafas dengan Pancasila sebagai dasar negara Indonesia,

“Selama ini marhaenisme dicap sebagai PKI (Partai Komunis Indonesia), padahal itu ajaran bung Karno yang memiliki andil besar dalam memerdekakan bangsa ini,” kata ketua Dewan Pimpinan Provinsi Keluarga Besar Marhaenisme Yogyakarta (DPP KBM DIY), Agus Subagyo saat menggelar Forum Diskusi Marhaenis di Jl. Mlati Wetan Nomor 20 A, Baciro, Yogyakarta, Sabtu (25/08/2018) pagi.

Dikatakan Agus kegiatan forum diskusi bertemakan, ‘Marhaenisme dalam kerangka berpikir dan bertindak di era sekarang’ sebagai upaya mengkonsolidasikan kader Marhaen, terutama untuk pemudanya,

“Generasi muda jaman milineal ini phobia dengan marhaenisme akibat pengetahuan sejarah yang keliru, yang tidak tahu apa sebabnya marhaenisme diberangus. Marhaenisme jelas masih relevan dengan jaman sekarang karena marhaen memperjuangkan rakyat miskin. Faktanya meski angka kemiskinan menurun di era Jokowi ini, namun masih banyak. Miskin itu bukan karena kehendak Tuhan, tapi akibat sistem kapitalistik yang masih terus bercokol,” tandasnya.

Agus mengakui untuk menghidupkan dan membumikan marhaenisme yang sudah dikubur selama 30 tahun lebih bukanlah pekerjaan mudah. Namun ia berharap diawali dengan konsolidasi gagasan dan konsolidasi kader Marhaen, ide-ide Bung Karno untuk kejayaan Indonesia dalam konsep marhaenisme bisa dibangkitkan kembali.

Diskusi menghadirkan dua narasumber yaitu Prof. Dr. Wuryadi dan Dr. Hempry Suyatna. Dalam kesempatan tersebut Prof. Dr. Wuryadi menjabarkan tentang marhaenisme yang otentik sesuai pemikiran Bung Karno untuk mensejahterakan Indonesia. Sedangkan Hempry mengulas tentang nilai-nilai marhaenisme serta penerapannya dalam konteks jaman sekarang.

Menurut Hempry, tingkat kemiskinan di DIY saat ini masih tinggi, sehingga menjadi tugas dan fokus KBM DIY untuk merumuskan program-program aksi nyata.

Sebelumnya selaku tuan rumah, Baktinendra Prawiro menuturkan, marhaenisme tidak bertentangan dengan Pancasila. Bahkan, menurutnya, Marhaenisme menjadi solusi atas problem bangsa saat ini, dimana kemiskinan masih menjadi tantangan untuk dientaskan demi mewujudkan cita-cita besar Bung Karno untuk Bangsa Indonesia,

“Jika berpikir dengan mindset Bung Karno, berarti mindset Pancasila, dan marhaenisme minimal senafas dengan Pancasila,” katanya.

Diskusi yang dimulai pukul 09.00 WIB tersebut dihadiri puluhan tokoh senior dari PDIP DIY dan Jawa tengah, antara lain Hadi Wasikun dari Kabupaten Banyumas. Selain itu, hadir dalam diskusi dari kader marhaenis muda yang tergabung dalam Ikatan Sarjana Rakyat Indonesia (ISRI) yang pembentukannya dimotori KBM DIY. (kt1)

Redaktur: Ja’faruddin AS

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Powered by rasalogi.com