MENJADI GURU PROFESIONAL (Refleksi Hari Guru Nasional)

Oleh: Hajjah Yuliasi Salisah*

Waktu kita kecil tentunya kita hafal syair lagu “Pergi Belajar”, lagu yang diciptakan oleh Ibu Sud ini mengandung makna yang sangat mendalam tentang proses belajar, bait pertama “Selamat belajar nak penuh semangat. Rajinlah selalu tentu kau dapat. Hormati gurumu. Sayangi teman. Itulah tandanya kau murid budiman”. Lagu ini merupakan gambaran bagaimana tata cara dalam proses menuntut ilmu, salah satunya tata caranya adalah menghormati guru yang mendidik kita, baik di dalam sekolah maupun di luar sekolah, sehingga menjadi murid Budiman.

Kata Budiman dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah orang yang berbudi, pintar dan bijaksana. Budiman merupakan satu kata yang mengandung dua tujuan pendidikan, Pertama adalah Pendidikan Karakter, terdapat pada kata berbudi dan bijaksana. Kedua, Pendidikan Intelektual, yang dimaknai kata pintar. Budiman merupakan hasil (output) tujuan yang sudah selaras dengan fungsi pendidikan nasional yang tertuang dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Tragedi di dunia pendidikan terjadi, di mana salah satu guru bernama lengkap Acmad Budi Cahyono, guru seni di SMAN 1 Torjun, Sampang Madura, Provinsi Jawa Timur meninggal dunia di tangan muridnya sendiri, disebabkan adanya tindakan penganiayaan yang dilakukan seorang murid terhadap Pak Budi yang tidak terima ditegur di kelas karena tidur saat proses belajar mengajar. Hal ini menjadi pertanyan bagi dunia pendidikan kita, bagaimana kualitas pendidikan saat ini?. Apakah sudah separah itu perilaku kasar, tercela dan tidak manusiawi anak didik di negeri ini?, pertanyaan tersebut menjadi pekerjaan rumah yang harus diselesaikan baik oleh Pemerintah, Sekolah, Keluarga dan Lingkungan Sosialnya.

Pemerintah sebagai penentu kebijakan tentunya dapat mengevaluasi secara menyeluruh pendidikan di Indonesia, apakah telah sesuai dan tepat sasaran apa belum, tidak hanya bicara fisikli yaitu infrastruktur dan fasilitas sekolah saja, akan tetapi juga pembangunan non fisik yaitu pendidikan karakter, yang selama ini kecenderungannya terbaikan. Selain itu, bergonta-ganti kurikulum juga menjadi permasalahan tersendiri, berganti kepemimpinan, berganti pula kurikulumnya, hal ini yang mengakibatkan kebingungan sekolah, siswa dan orang tua, karena harus segera beradaptasi dengan kebijan baru.

Kedepan seharusnya kurikulum terintegrasi, komprehensif dan aktual artinya walaupun berganti-ganti Presiden, kurikulum tetap, tinggal pengembangannya disesuaikan kebutuhan dan zamannya. Kita dapat mencontoh negara-negara yang sukses dengan sistem pendidikannya, seperti di Finlandia dan negara maju lainnya.

Sekolah sebagai tempat kedua setelah keluarga dalam proses pendidikan, di sini banyak yang salah sangka bahwa pendidikan adalah tanggung jawab sekolah dan tanggung jawab guru, hal ini perlu diluruskan kepada murid dan orang tua, sesungguhnya pendidikan adalah tanggung jawab orang tua, ada pun sekolah hanya memberikan pendidikan yang bersifat formal dan waktunya sangat terbatas, hal ini harus dipahami oleh orang tua, bahwa yang seharusnya tidak pasrah begitu saja kepada sekolah, akan tetapi pengawasan terhadap anak, pendidikan agama dan umum juga harus diberikan oleh orang tua.

Memaknai pendidikan dari Bapak Pendidikan  Indonesia, Ki Hajar Dewantara, hakikat pendidikan adalah usaha orang tua terhadap anak dengan maksud menyokong kemajuan hidupnya, artinya bahwa peran orang tua sangat signifikan dalam proses pendidikan anak, terutama pendidikan karakter. Pendidikan karakter adalah suatu cara berfikir dan berperilaku untuk hidup dan berinteraksi dalam harmoni yang baik, yang dimulai dari lingkup yang paling kecil yaitu keluarga.

Sifat atau kepribadian merupakan dasar dari pembentukan karakter seorang anak. Pembentukan kepribadian anak sangat penting dimulai sedini mungkin untuk mendapatkan hasil maksimal. Dengan pendidikan yang baik sejak dini, anak diharapkan memiliki kepandaian, kecerdasan, serta menunjukkan budi pekerti luhur di kemudian hari.

Pendidikan dalam kehidupan bermasyarakat juga sangat mempengaruhi perilaku anak didik di sekolah. Sikap saling menghormati, menghindari perkataan kasar dan kotor yang menyinggung perasaan orang lain merupakan salah satu cara bermasyarakat dengan baik. Karena kita lahir ditakdirkan berbeda, baik berbeda ras, suku dan etnis. Perbedaan itu tentunya memberikan konsekuensi berbeda pula yaitu perbedaan karakter. Maka sikap kerendahan hati, toleransi, serta kesabaran dalam hidup bermasyarakat mutlak diperlukan sehingga terjalin kerukunan antar masyarakat dilingkungan tempat kita tinggal. Lingkungan juga sangat mempengaruhi kepribadian anak yang secara tidak langsung dibawa ke sekolah, baik perilaku positif maupun perilaku negatif.

Pelajaran  yang dapat diambil dari kejadian meninggalnya Bapak Guru Budi adalah bahwa pendidikan merupakan tanggung jawab semua, tidak hanya di sekolah tapi di rumah, bukan tanggung jawab guru dan murid saja, tapi orang tua sepenuhnya. Kini saatnya pendidikan di negeri ini memprioritaskan pendidikan karakter, di mulai dari lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat, sehingga kejadian kekerasan di dunia pendidikan tidak terjadi lagi, tidak ada lagi guru mengajar, murid menghajar.

Guru professional adalah guru yang memiliki komponen tertentu sesuai denga persyaratan yang dituntut oleh profesi keguruan. Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen, dijelaskan bahwa kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru maupun dosen.

Seorang guru bisa dikatakan profesional apabila memiliki ciri yang sudah ditentukan. Berikut beberapa ciri-ciri guru profesional, antara lain:

  1. Selalu punya energi untuk siswanya: guru yang baik menaruh perhatian kepada siswa di setiap percakapan atau diskusi dengan mereka. Selain itu juga memiliki kemampuan mendengar dengan seksama.
  2. Memiliki tujuan jelas untuk pelajaran: bisa menetapkan tujuan yang jelas untuk setiap pelajaran dan bekerja untuk memenuhi tujuan tertentu dalam setiap kelas.
  3. Memiliki keterampilan mendisiplinkan yang efektif: memiliki keterampilan disiplin yang efektif sehingga mampu mempromosikan perubahan perilaku positif di dalam kelas.
  4. Mempunyai keterampilan manajemen kelas yang baik: seorang guru profesional memiliki keterampilan manajemen kelas yang baik dan mampu memastikan perilaku siswa yang baik.
  5. Bisa berkomunikasi dengan baik dengan orang tua: seorang guru yang baik menjaga komunikasi terbuka dengan orang tua dan membuat mereka selalu update informasi mengenai hal-hal yang sedang terjadi di dalam kelas terkait kurikulum, disiplin, dan isu lainnya.

Menjadi guru bukan hanya sekedar mengajar, namun juga harus mendidik nilai-nilai pada peserta didiknya. Selain pengetahuan dan kecakapan, terdapat beberapa sifat dan sikap yang harus dimiliki oleh guru dalam menjalankan tugas secara profesional.

Guru profesional harus memiliki sifat terbuka baik untuk menerima pertanyaan siswa maupun dimintai pendapat dan mengoreksi diri. Dengan sikap yang terbuka akan memudahkan guru dan siswa dalam mewujudkan proses pembelajaran yang sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Pada hari guru nasional yang jatuh pada hari ini, harapan-harapan besar akan majunya dunia Pendidikan, tentunya dimulai dari gurunya yang memiliki kualitas terbaik, sehingga outputnya dalam hal ini siswanya akan unggul, guru berkualitas juga menjadi tanggungjawab pemerintah dengan mensejahterakannya, karena faktanya, guru di Indonesia soal kesejahteraan masih jauh dari harapan. Selanjutnya fasilitas yang harus dipenuhi dalam dunia Pendidikan dan persoalan-persoalan di dunia Pendidikan yang harus diurai sehingga Pendidikan untuk Masyarakat dapat dirasakan manfaatnya.

“Orang hebat bisa melahirkan beberapa karya bermutu, tapi guru bermutu bisa melahirkan ribuan orang hebat”

“Jadilah setiap tempat sebagai sekolah dan jadikan setiap orang adalah guru” (Ki Hajar Dewantara)

* Hajjah Yuliani Salisah adalah Guru PG-TK Islam Mellatena Semarang

57 / 100

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Powered by rasalogi.com