YOGYAKARTA – Demam batu akik di tengah masyarakat akhir-akhir ini membawa berkah bagi perajin perak di Kota Gede Yogyakarta. Pasalnya, order untuk pembuatan cincin batu akik meningkat drastis.
Salah satu perajin perak terkemuka di Kota Gede, Muhammad Lailudin (43) pemilik Anggra Silver, mengaku terpaksa menolak order pembuatan perhiasan perak.
“Ini pesanan sudah banyak sekali, jadi saya sampai terpaksa tidak menerima order lagi hingga dua bulan ke depan,” ungkapnya kepada jogjakartanews.com, Jumat (06/03/2015) di kiosnya yang berada di KG III/256 RT 14 RW 04, Kelurahan Purbayan, Kecamatan Kota Gede, Yogyakarta.
Diakatakan perajin perak yang biasa disapa Ilud ini, jika sebelum demam akik, pesanan biasanya sehari 2-5 buah, sekarang bisa mencapai 10 lebih.
“Kebanyakan untuk pembuatan cincin dan liontin batu akik atau batu permata yang sekarang lagi demam,” ujar Bapak dua anak ini.
Dia mengaku kualitas menjadi prioritas utamanya, sehingga dia tidak mau mengambil kesempatan dengan demam batu akik, sehingga menumpuk order.
“Pelanggan banyak yang minta desain yang unik dan motif ukir, jadi pengerjaannya butuh waktu dan ketelitian agar tidak mengecewakan,” ujar pengrajin yang namanya cukup dikenal di Kota Gede ini.
Terkait omzet, Ilud mengaku mengalami peningkatan. Meski demikian, tarif jasa pembuatan tidak ia naikkan.
“Tarif tidak naik mas, standar saja. Cuma memang sekarang kan harga perak juga naik,” ungkap perajin yang memberdayakan sedikitnya 5 karyawan ini.
Terkait tarif, Ilud mencontohkan untuk emban (cincin) akik motif atau berukir sekitar Rp 400.000,- sedangkan untuk polos sekitar 350.000,-
“Tergantung besar batunya juga, tapi rata-rata segitu. Kalau untuk ukir pengerjaan bisa sampai 1 bulan, tergantung kerumitan. Kalau yang sederhana bisa 2 sampai 3 hari,” pungkasnya. (zam)
Redaktur: Rudi F