Di bawah langit Yogyakarta yang senantiasa mengingatkan akan getaran bumi, Playgroup and Kindergarten Global Islamic School 3 Yogyakarta ( PG-K GIS 3 Jogja ) menanamkan ilmu kesiapsiagaan gempa kepada anak-anaknya sejak dini, sebagai bekal keberanian dan ketangguhan menghadapi masa depan.
YOGYAKARTA – Senin, 8 Desember 2025, bukan sekadar hari sekolah biasa di . Pagi itu, tawa riang puluhan anak PG-K Gis 3 Jogja tiba-tiba diselingi dengan bunyi peluit dan aba-aba serius. Mereka sedang menjalani salah satu ‘ujian’ paling penting dalam hidup, yakni berlatih menyelamatkan diri dari ancaman gempa bumi.
Mengangkat tema “Life Skill Training: Mitigasi Bencana Gempa Bumi”, sekolah ini tidak main-main. Mereka mengundang langsung ‘para ahli’ dari garda terdepan, Tim Reaksi Cepat (TRC) Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), untuk menanamkan pelajaran ketangguhan sejak dini.
Di tengah keriuhan simulasi, Kepala Sekolah PG-K, Lilis Rahmawati, menyampaikan inti dari kegiatan ini. Ia sadar, Yogyakarta adalah wilayah yang hidup dengan risiko bencana, membuat kesiapan menjadi harga mati.
“Tujuan utama kegiatan ini adalah membekali anak-anak dan seluruh warga sekolah dengan pengetahuan dan keterampilan dasar menghadapi situasi genting,” tutur Lilis.
Lilis menjelaskan, pelatihan bukan sekadar teori. Anak-anak diajak aktif mengenali apa itu tanda-tanda gempa, lalu dengan cepat mempraktikkan langkah aman seperti bersembunyi di bawah meja yang kokoh. Intinya adalah melatih ketenangan, kesiapan diri, dan kemampuan mengikuti arahan guru dengan cepat dan tepat.
“Harapannya, mereka tidak lagi panik. Dengan pelatihan ini, seluruh warga sekolah menjadi lebih sigap dan tangguh. Mereka akan mampu melindungi diri dan orang terdekat di sekelilingnya,” imbuhnya, menyiratkan misi besar sekolah dalam menciptakan ‘pahlawan cilik’ yang sadar bencana.
Di mata BPBD DIY, GIS 3 Yogyakarta adalah mitra ideal. Fikar, anggota TRC BPBD DIY yang memimpin pelatihan, menegaskan bahwa edukasi mitigasi adalah investasi jangka panjang, dan anak-anak adalah penerima pesan yang paling efektif.
“Kami sangat bersyukur bisa berbagi ilmu di sini. Kenapa anak-anak? Karena menurut kami, edukasi ke anak-anak itu paling efektif bisa diserap,” jelas Fikar.
Menurutnya, anak-anak ini adalah generasi penerus yang akan membawa wawasan kesiapsiagaan ini hingga kelak dewasa. BPBD mendekati mereka dengan mengajarkan konsep kebencanaan dalam tiga fase penting, pertama Pra-Bencana (Mitigasi), yaitu Kesiapsiagaan sebelum kejadian.
Kemudian, Tanggap Darurat (Saat Bencana), yakni dengan Mengenal evakuasi mandiri.
Terakhir, Pasca-Bencana, mengenalkan Konsep rehabilitasi dan rekonstruksi, meski ini baru pengantar untuk anak-anak.
Fikar menekankan, peran sekolah sebagai institusi pendidikan sangat vital. Ia menyebut DIY adalah wilayah yang kompleks, rawan bencana dari Merapi hingga pesisir pantai Selatan Jawa.
“Bencana itu tidak hanya datang kepada orang tertentu, tapi bisa kapan saja, di mana saja. Kita tidak bisa memprediksi. Kita hanya bisa melakukan persiapan, kesiapsiagaan, dan pencegahan,” ujar Fikar dengan nada penuh pesan.
Ia mengaku terkesan dengan sambutan di GIS 3 Yogyakarta.
“Kepala sekolah, guru, staf, dan anak-anak sangat antusias. Kami melihat ini sebagai gayung bersambut untuk terus mempersiapkan sumber daya manusia dan sarana prasarana sekolah agar lebih siap,” pungkasnya, berharap kegiatan edukasi ini dapat dilaksanakan secara berkala.
Pelatihan di PG-K GIS 3 Yogyakarta ini menjadi cermin kesadaran kolektif bahwa ketangguhan bangsa harus dimulai dari ruang kelas terkecil, melalui tangan-tangan lembut para guru, dan dengan bekal ilmu yang menyelamatkan dari para ahli. (rd1)
Redaktur: Fefin Dwi Setyawati














