JAKARTA – Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS terus saja mengalami tren negatif di era pemerintahan Joko Widodo. Terbaru, dari data yang ditunjukkan Blomberg pada perdagangan hari ini, Senin (08/06/2015), mata uang IDR melemah ke posisi Rp 13.382 per dolar dolar AS atau hampir menyentuh Rp 13.400, terburuk sepanjang sejarah.
Tak sampai disitu, rupiah masih berpotensi terus mengalami pelemahan akibat sentimen internal dan eksternal yang masih cenderung negatif. Dari internal, lemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS dipengaruhi oleh cadangan devisa Indonesia yang mengalami penurunan.
Sementara dari sisi eksternal, lemahnya rupiah tak lepas dari kenaikan yield bund yang masih terjadi di Jerman, menandakan optimisme pasar di zona euro meskipun hutang Yunani sejatinya masih menjadi ancaman sebab hutang terancam gagal dibayar. Namun begitu, euro hingga saat ini masih gagal menguat setelah angka pertambahan tenaga kerja non-pertanian AS naik tajam sehingga mendorong kenaikan indeks dollar AS dan US Treasury.
“Tekanan pelemahan rupiah dan SUN berpeluang bertambah hari ini mnyusul dua berita buruk. Yakni angka cadangan devisa Indonesia yang kembali turun, serta indikator tenaga kerja AS yang naik melebihi harapan,” demikian disampaikan hasil riset Samuel Sekuritas Indonesia. (Bah)
Redaktur: Aristianto Z.