YOGYAKARTA – Komunisme menjadi ideologi yang potensial bangkit kembali di Indonesia. Meski di negara-negara asalnya, paham tersebut secara politik sudah mulai terkikis kapitalisme global, namun nilai-nilainya masih bertahan. Mulai tumbuhnya komunisme di Indonesia salah satu faktornya karena kemiskinan yang masih tinggi.
“Pintu masuk komunis adalah kemiskinan,” ungkap Mantan Ketua Umum Pengurus Besar (PB) HMI, Drs. Chumaidi Syarif Romas, Si, dalam acara Nonton Bareng (Nobar) film G 30 S/ PKI yang digelar Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam (KAHMI) Majelis Wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) di Masjid Diponegoro, Kompleks Balai Kota Yogyakarta, Sabtu (30/09/2017) siang.
Menurut Chumaidi, komunisme akan tumbuh bersama kapitalisme. Kedua ideologi tersebut, kata dia, memang berasal dari bangsa asing. Dia mencontohkan China dan Rusia yang politiknya masih merujuk paham Komunis, tapi praktik politik luar negerinya sama dengan Amerika.
“China dan Rusia sekarang style-nya sama dengan Amerika. Negara-negara itu ekspansi ke negara-negara miskin seperti Indonesia. Jadi memang bahaya laten komunisme ini jangan dianggap remeh, sebab angka kemiskinan di Indonesia masih tinggi,” tutur Chumaidi, yang menjabat Ketua Umum (Ketum) PB HMI Periode 1976 -1978.
Dikatakan Chumaidi, sekarang China dan Amerika sama-sama menguasai modal kapital di Indonesia. Dengan banyaknya orang miskin di Indonesia, katanya, China dengan kekuatan kapitalnya bisa menyebarkan komunisme dan kapitalisme gaya baru mereka.
“Terlebih saat ini era Jokowi sangat Pro China sekaligus Amerika. Jadi jangan heran jika mereka lebih bisa menguasai uang ketimbang rakyat Indonesia sendiri. Karena miskin, bisa saja banyak rakyat yang ikut membela mereka. Jangankan rakyat, para proffesor, Kyai juga banyak yang keblinger,” tandas Chumaidi.
Chumaidi menyebut, komunisme memang lebih dekat dengan kekafiran. Sedangkan dalam Islam sendiri, kata dia, Rasulullah Muhammad Saw bersabda bahwa; Kemiskinan dekat dengan kekufuran.
“Nah, untuk menyikapi hal ini kita memang perlu revolusi pemikiran. Jangan sampai ke depan ada lagi pemimpin negara yang pro Komunis Maupun Kapitalis. Jadi memang bukan hanya komunis yang perlu diwaspadai tapi juga kapitalis, karena sebenarnya keduanya saling menghidupi, sementara rakyat kita terus dimiskinkan,” Pungkas penasihat jogjakartanews.com ini.
Sekadar informasi, acara tersebut dihadiri ratusan anggota KAHMI dan Kader-Kader HMI se DIY. Di samping Chumaidi, Hadir sebagai pembicara dalam diskusi mantan ketua umum Pengurus Pusat (PP) Muhammadiyah Prof. Dr. Amien Rais dan Brigjen (Purn) Adhitya Warman Thaha. Selain Nobar, dan diskusi, dalam kegiatan tersebut KAHMI DIY juga membagikan kepada peserta buku Gerakan 30 September Pemberontakan Partai Komunis Indonesia; Latar Belakang, Aksi, dan Penumpasannya. Buku tersebut diterbitkan oleh sekretariat Negara RI Jakarta 1994. (kt1)
Redaktur: Ja’faruddin.