JAKARTA – Jumlah hutang luar negeri Indonesia terus naik. Per akhir September 2017, utang pemerintah sebanyak Rp 3.866,45 triliun. Dalam sebulan utang naik Rp 40,66 triliun dibandingkan jumlah utang di Agustus 2017 yang hanya sebesar Rp 3.825,79 triliun.
Jika dilihat dari awal masa kepemimpinan Presiden Jokowi dan Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) maka kenaikan total utang pemerintah mencapai Rp 1.261,52 triliun, dari 2014 yang sebesar Rp 2.604,93 ke posisi saat ini Rp 3.866,45 triliun.
Menanggapi hal itu, Menteri Keuangan Sri Mulyani menjawab dengan enteng. Menurutnya kenaikan jumlah utang pemerintah terjadi karena adanya defisit anggaran. Tahun ini defisit diproyeksi 2,92% terhadap PDB.
“Kalau defisit ya memang harus ada kenaikan,” jawab Sri Mulyani kepada wartawan di Komplek Istana, Jakarta, Kamis (19/10/2017).
Dalam denominasi dolar AS, jumlah utang pemerintah pusat di September 2017 adalah US$ 286,57 miliar, naik dari posisi akhir Agustus 2017 yang sebesar US$ 286,55 miliar.
Sebagian besar utang pemerintah dalam bentuk surat utang atau Surat Berharga Negara (SBN). Sampai September 2017, nilai penerbitan SBN mencapai Rp 3.128,46 triliun, naik dari akhir Agustus 2017 yang sebesar Rp 3.087,95 triliun. Sementara itu, pinjaman (baik bilateral maupun multilateral) tercatat Rp 737,99 triliun, naik tipis dari Agustus 2017 sebesar Rp 737,85 triliun. (Kt3)
Redaktur: Faisal