YOGYAKARTA – Enam medali dari ajang 2nd World Innovation Technology Expo (WINTEX) 2019, berhasil dibawa pulang Tim mahasiswa UGM.
Sedikitnya 1.100 inovator dari 18 negara di dunia bersaing dalam kegiatan yang diselenggarakan Indonesian Invention and Innovation Promotion Association (INNOPA), 9-12 Oktober 2019 di Taman Mini Indonesia Indah (TMII) tersebut.
Ahmad Zaini Pratama, salah satu penerima medali emas WINTEX 2019 mengungkapkan, dalam ajang internasional ini, UGM meraih 4 medali emas dan 2 medali perak,
“Enam inovasi karya mahasiswa UGM berhasil meraih penghargaan di ajang bergensi WINTEX 2019. Artinya karya kita diakui dimata dunia,” kata Ahmad Zaini Pratama, Senin (14/10/2019).
Pada kegiatan tersebut dia bersama dengan Haris Hendrik, Andika Prima Sandi, Aisya Fitri Abdillah dan Al Syahril sukses mendapatkan medali emas atas inovasi IoTanam: Smart Urban Farming. IoTanam merupakan platform yang terintegrasi sebagai sebuah teknologi pertanian presisi yang dilengkapi dengan Internet of Things (IoT) dan Artificial Intelligence (AI) untuk mengontrol dan rekomendasi penanggulangan jenis penyakit tanaman berbasis hidroponik dan agroforestri secara real time.
Dia menjelaskan pengembangan IoTanam berawal dari keprihatinan terhadap besarnya pembukaan lahan yang menyebabkan terjadinya degradasi hutan dan deforestasi serta minimnya lahan untuk melakukan aktivitias pertanian. Platform tersebut dikembangkan dengan sejumlah fitur yaitu mentor, pengendali debit air dan nutrisi tanaman, sistem rekomendasi, serta pengisian air dan nutrisi otomatis.
Selain itu juga dilengkapi dengan IoT untuk mengontrol dan memonitor suhu, kelembapan, suplai air, dan tinggi air dalam tandon. Kemudian AI untuk mendeteksi jenis penyakit tanaman dan rekomendasi penanggulangan jenis penyakit.
“Dengan IoTanam ini kita bisa memantau kegiatan agroforsetri dari jarak jauh dan mengatur suplai air, kelembaban, derajat keasaman tanah secara otomatis bahkan ketika sedang berada di luar kota,”paparnya.
Inovasi lain yang berhasil mendapat medali emas dalam ajang bergengsi ini adalah Meet Pharmy yang dikembangkan Muhammad Sulhan Hasi, GP. Wahyunanda Crista Yuda, Muhammad Fikri Abdillah, Dewa Nyoman Dharma Triyasa, serta Erlita Puspa Kiananti. Meet Pharmy merupakan sebuah aplikasi game yang ditujukan sebagai wahana mengenalkan profesi apoteker pada anak-anak. Lewat game ini anak-anak juga diajak mengenal seluk beluk farmasi dengan mudah dan tidak lagi takut minum obat.
Medali emas selanjutnya diperoleh berkat inovasi berjudul Utilization Wate of Sugar palm (Arenga pinnata) as An Acoustic Panel to Prevent Enviromental Damage yang diajukan oleh Ardhi Kamal Haq, Said Ahmad, Pamela Chanifah Zahro. Mereka memanfaatkan limbah onggok hasil pengolahan tepung dari pohon aren yang banyak mencemari lingkungan menjadi panel akustik.
Lalu emas terakhir diraih atas inovasi berupa Plastcom-Crete: A Novel Solution to Transform Plastic Waste Into Composite Concrete yang diajukan oleh Putra Makmur B., Stephanus Satria Wira Waskitha Vidiskiu Fortino Kurniawan, Nicolaus Elka Yudhatama, dan Reza Yustika Bayuardi. Inovasi yang diusung menawarkan solusi baru dalam pengelolaan sampah, terutama sampah plastik yakni dengan mengolahnya menjadi beton komposit.
Berikutnya medali perak pertama diraih atas pengajuan inovasi ArgoAgro yang dikembangkan Raden Roro Intan Dwi Nuraini, Trika Yuliana, dan Mukhamad Burhanudin. ArgoAgro merupakan sebuah aplikasi webgis yang digunakan sebagai media rantai pasokan komoditas pertanian yang efisien dan telah diterapkan di Kabupaten Madiun, Jawa Timur.
Medali perak lainnya diperoleh berkat inovasi NoHama yang dibuat oleh Afif Fachrudin, Agiel Hadid Ridlo, Muhammad Rifqi Amrullah, Rania Putri Chaela, serta Salman Rahwidean Janotama. Inovasi yang diajukan berupa alat pembasmi hama tikus yang dikembangkan dengan memanfaatkan tenaga surya sebagai solusi untuk mengatasi gagal panen akibat serangan tikus. (pr/kt1)
Redaktur: Faisal