Harga LPG Meroket Warga Ngeposari Beralih ke Bio Gas

GUNUNGKIDUL – Harga gas LPG ukuran 12 kilo gram (Kg)semakin memberatkan masyarakat. Terlebih, harga gas bersubsidi ukuran 3 Kg juga ikut-ikutan melambung karena persediaan mulai langka.

Agar dapur tetap ngebul, warga Dusun Karangbangikulon, Desa Ngeposari, Kecamatan Semanu yang semula menggunakan gas LPG mulai beralih ke biogas yang berbahan dasar kotoran sapi.

Suharni (44) warga setempat mengatakan, sudah beberapa hari ini ia menggunakan biogas untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

“Meski agak repot , tetapi adanya biogas ini dapat membantu kami (warga ngeposari),” katanya ketika ditemui wartawan, Minggu (5/1/2014).

Sementara itu, warga lain Agus Sutikno (24) mengatakan, proses penggunaan biogas dari kotoran sapi memang cukup merepotkan. Setelah mengumpulkan kotoran sapi ke bak penampungan sedalam 2 meter (diameter sekitar 1 meter) dan dicampur air, kemudian ditutup rapat. Hanya ada menghubung selang yang diarahkan ke regulator untuk disambungkan ke kompor.

“Jika pagi memasukan kotoran sapi ke dalam penampungan, pada malam harinya biogas baru dapat digunakan,” jelasnya.

Agus menambahkan, awet dan tidaknya biogas sendiri tergantung pada pemakian. Jika digunakan setiap hari biogas tentu akan habis kurang lebih selama satu pekan.

“Yang jelas kalau biogas itu lebih aman penggunaannya. Dan api yang dihasilkan juga lebih bagus,” tambahnya. (dit)

Redaktur: Rudi F

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Powered by rasalogi.com