SLEMAN – Setiap tanggal 21 April, bangsa Indonesia memperingatinya sebagai hari Kartini. Setiap tanggal tersebut pula beragam acara digelar, tidak hanya di kantor tapi di sekolah-sekolah sudah tentu tidak melewatkan untuk menggelar acara dalam rangka memperingati hari Kartini. Mulai upacara hingga peragaan busana ala Kartini.
Begitu pula yang nampak di Bambini Montesorri School di daerah Lempong Sari, Sariharjo, Ngaglik, Sleman, Yogyakarta, Senin (21/4/2014) pagi. Sejumlah siswa terlihat asik bernyanyi bersama, baik lagu Ibu Kita Kartini maupun lagu-lagu daerah terdengar cukup jelas suara dari siswa-siswi itu. Tentu mereka juga mengenakan baik pakaian ala Kartini maupun pakaian profesi.
Seperti Atar (5) yang mengenakan pakaian seperti pilot. “Saya bercita-cita jadi pilot,” kata dia kepada Jogjakartanews.com disela-sela perayaan hari Kartini di sekolah tersebut.
Lain pula dengan Sasa (5) yang mengenakan pakaian ala dokter ini. Sasa bercita-cita jadi dokter.
Crista, selaku koordinator guru di Bambini Montesorri School mengatakan ada 102 siswa yang belajar disini. Umur mereka antara 3 hingga 6 tahun. “Kelas mereka kami bagi-bagi berdasarkan umur, misal nama kelas Sky untuk campuran siswa yang berumur 3 sampai 6 tahun,” kata wanita lulusan North American Montessori Center yang berpusat di Kanada.
Lebih lanjut Crista menjelaskan bahwa metode pembelajaran diterapkan sekolah yakni metode Montessori. ” Metode tersebut digunakan agar anak didik atau siswa dapat belajar mandiri, salah satunya,” kata dia.
Dia pun memberikan contoh salah satu manfaat dari metode itu. “Misal kakak kelas akan ditiru oleh adik-adik kelasnya bagaimana cara menggunakan alat-alat sekolah yang sudah dipakai untuk segera dikembalikan lagi pada tempatnya,” ujarnya.
Selain itu juga dalam hal bermain dengan sesama teman-temannya siswa diajarkan bagaimana cara bertutur kata dengan baik. “Memanggil teman tidak harus dengan suara yang keras,” terang Crista yang masih sekolah pada tingkat akhir di tempat yang sama yakni di North American Montesorri Center untuk nantinya mengajar anak usia 0 hingga 3 tahun.
“Baik guru maupun karyawan semua menggunakan bahasa inggris. Hal itu juga kami terapkan pada siswa-siswi kami,” (bhr).
Redaktur: Azwar Anas