Ribuan Pelayat Antar Prof. Suhardi ke Peristirahatan Terakhir

YOGYAKARTA – Ribuan pelayat mengantarkan jenazah ketua umum DPP Partai Gerindra, Prof. Dr. Ir, Suhardi, M.Sc ke peristirahatannya yang terakhir di makam keluarga besar Universitas Gajah Mada (UGM) di Jl. Ring Road Utara,Sawitsari, Condongcatur, Depok, Sleman, Yogyakarta, Jum’at (29/08/2014).

Puluhan pejabat pemerintah daerah DIY dan Pemkab Sleman, serta para tokoh DIY juga hadir dalam pemakaman, diantaranya Rektor UGM, Prof. Dr. Pratikno, Bupati Sleman, Sri Purnomo, Mantan Wali Kota Yogyakarta, Hery Zudianto dan sejumlah pejabat dari Pemda DIY.

Sedangkan dari jajaran petinggi DPP Gerindra yang mengantar sejak dari Jakarta, Sekjen DPP Partai Gerindra, Ahmad Muzani dan Wakil Ketua Umum Fadli Zon beserta seluruh jajaran pengurus DPD dan DPC partai Gerindra se DIY.

Pemakaman tokoh berjuluk Professor telo itu tidak sesuai yang dijadwalkan sebelumnya yaitu pukul 09.00 WIB. Jenazah almarhum yang diterbangkan dari bandara Halim Perdana Kusuma Jakarta baru tiba di Bandara Adi Sutjipto Yogyakarta sekitar Pukul 13.30 Wib. Jenazah diantar dengan dua pesawat carteran.

“Tadi pesawat terlambat, adi tidak sesuai jadwal,” ungkap Fadli Zon kepada jogjakartanews.com.
Setelah disemayamkan di rumah duka, Jl.Kaliurang Km. 7,5 Gg. Dahlia No.90 Kayen Dempet, Condongcatur, Depok, Sleman jenazah kemudian dibawa ke Balairung UGM untuk kemudian dikebumikan di Pemakaman UGM Sawitsari. Prosesi pemakaman baru selesai sekitar pukul 16.30 WIB.

Prof. Suhardi meninggal dunia pada Kamis (28/08/2014) malam setelah sebelumnya dirawat di Rumah Sakit Pusat Pertamina (RSPP) Jakarta karena menderita kanker paru-paru stadium 4.
Semasa hidup, Prof. Suhardi dikenal sebagai sosok intelektual, akademisi, politikus, dan praktisi kehutanan Indonesia, sekaligus pejuang kedaulatan pangan.

Julukan professor telo (ketela) adalah salah satu pengakuan masyarakat bahwa dia adalah sosok yang benar-benar memperjuangkan kedaulatan pangan dengan makanan lokal. Prof. Suhardi mendeklarasikan ‘Sumpah Gandum’. Sebuah ikrar tidak memakan gandum dan produk turunannya, hingga masyarakat Indonesia sejahtera, tak bergantung pada gandum.

Tokoh yang lahir di Klaten, Jawa Tengah, 13 Agustus 1952, suami dari Dr. Ir. Lestari Rahayu Waluyati, M.P, itu meninggalkan 3 orang anak (2 orang putra dan seorang putri). (ian)

Redaktur: Rudi F

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Powered by rasalogi.com