SUMENEP – Setiap memasuki hari raya Idul Fitri, umat muslim di seluruh dunia disunnahkan melaksanakan shalat hari raya atau shalat Ied. Baik laki-laki maupun perempuan shalat Ied seperti sudah menjadi keharusan bagi umat muslim, sebab tidak hanya sekadar ibadah, mengumandangkan takbir kepada sang pencipta, shalat dua raka’at itu juga menjadi wujud harmoni antara umat muslim di seluruh dunia.
Tetapi, di desa ini shalat Ied rupanya hanya cukup dilaksanakan oleh kaum laki-laki saja. Hal itu sudah berlangsung selama bertahun-tahun secara sejak turun temurun sejak desa tersebut ada. Masalah gender masih menjadi alasan mengapa kaum perempuan tidak terlibat dalam perayaan shalad Ied yang umumnya di desa tersebut dilaksanakan di masjid-masjid itu.
“Tidak hanya disini, di sebagian tempat di sumenep juga ada yang seperti itu. Perempuan umumnya mengantar makanan ke sesama tetangga sekaligus untuk menyiapkan hidangan hari raya,” tutur seorang warga, Atmawi yang juga ketua RT di desa Gersik Putih Kecamatan Gapura Kabupaten Sumenep.
Di desa Gersik Putih, baik hari raya Idul Fitri maupun Idul Adha, pelaksanaan Shalat Ied selalu tanpa kehadiran kaum perempuan. Kautm hawa menurut Atmawi, selain saling berbagi makanan ke sesama tetangga, biasanya biasanya juga menyiapkan hidangan makanan untuk para jemaah yang shalat ied di Masjid. “Jadi kan ada kebiasaan disini habis selesai shalat, makan bersama-sama. Itu sekaligus untuk merekatkan tali silaturrahmi antar sesama tetangga. Jadi kaum perempuan yang menyiapkan. Sehingga pada akhirnya inilah yang menjadi alasan kenapa secara turun temurun perempuan disini tidak shalat ied,” pungkasnya
“Saya tidak tahu pastinya, sepertinya semenjak desa ini ada sudah seperti itu. Ya kalau diistilahkan di jaman sekarang, ini masalah gender, dan disini sangat sensitif gender,” tutur pria yang sehari-harinya bekerja sebagai petani itu. (sya)
Redaktur: Herman Wahyudi