YOGYAKARTA – Putra Mahkota almarhum Sri Paduka KGPAA Paku Alam IX, KBPH.Prabu Suryadilogo Resmi Menyandang Gelar KGPAA Paku Alam X, setelah melalui prosesi Jumeneng Dalem, hari ini Kamis (07/01/2015).
Sesuai Jadwal, upacara Jumeneng Dalem dimulai Pukul 08.00 – 12.00. dilanjutkan kirab ageng Pukul 14.00-17.00.. Tradisi Kraton Pakualaman yang hanya dilakukan sekali seumur hidup sang raja tersebut dihadiri ribuan masyarakat Yogyakarta dan tamu undangan.
Tepat pukul 09.30 WIB KBPH Prabu Suryadilogo keluar dan langsung duduk di singgsana di tengah Bangsal Sewotomo diiringi dengan Tabuhan Gamelan gending Sekar Tejo dan didampingi istri dan adik – adiknya sebagai rangkaian prosesi Jumenengan KBPH Prabu Suryodilogo menjadi KGPAA Paku Alam X menggantikan ayahandanya yang telah mangkat pada hari Sabtu, 21 November 2015 dalam usia 87 tahun.
Jumeneng Dalem KGPAA Paku Alam X ditandai dengan diselipkannya keris Kyai Bontit ke pinggang KBPH Suryo Dilogo serta penyerahan Penghargaan/tanda Cihno berupa Bros/Pin oleh KPH. Noto Atmodjo.
Usai rangkaian Jumeneng Dalem, KGPAA Paku Alam X menyampaikan Sabdo Dalem (Pidato). Dalam sabdo dalem PA X menuturkan, amanat yang diembannya bukanlah sesuatu yang ringan. Namun demikian, ia akan berusaha menjalankannya dengan segenap kemampuan.
“Sebagai orang yang mendapat amanat untuk menjalankan tugas sebagai KGPAA Paku Alam X, saya sampaikan dengan jujur bahwa kewajiban yan akan saya laksanakan adalah tugas berat karena saya akan melanjutkan kewajiban leluhur Mataram sebagai Pengembang Kebudayaan,” tuturnya.
Menurut PA X, kebudayaan memiliki banyak makna. Menurutnya makna kebudayaan sebagai praktek intelektual yang berkaitan dengan kegiatan pemerintahan dan artistik secara konkrit. Dalam pandangan PA X kebudayaan tidak hanya identik dengan manifestasi berkesenian belaka.
“Saya menyadari meskipun sudah membatasi makna kebudayaan dalam pengertian yang sempit, tugas sebagai pengemban kebudayaan tetap bukan merupakan tugas yang mudah. Saya akan terus menerus berada dalam tegangan antara tradisi dan pembaruan, karena proses berkreasi selalu menuntut adanya inovasi, lebih-lebih pada masa ketika perubahan terjaddi dengan sangat cepat,” tuturnya.
Dijelaskan PA X, tradisi di Kadipaten Pakualaman sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari Kasultanan Yogyakarta, akan dijadikan tolok ukur untuk memahami perkembangaan dan perubahan kebudayaan yang terjadi sedemikian cepat sehingga tidak lepas dari akarnya.
Jumenengan dihadiri mantan Presiden Megawati Sukarno Putri, serta sejumlah Menteri Kabinet Kerja Presiden Joko Widodo. Diantaranya, Menteri Sekretaris Negara, Pratikno; Menteri Agama, Lukman Hakim Syaifuddin; dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Anies Rasyid Baswedan. Tampak pula sejumlah tokoh nasional dan seniman, seperti Ahmad Syafii Maarif dan Kartika Affandi.
Selain itu hadir juga Raja Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat, Sri Sultan Hamengku Buwono X dan GKR Hemas dan putri-putri HB X, Rayi Dalem HB X GBPH Hadiwinoto, GBPH Yudhaningrat, GBPH Prabukusumo serta kerabat keraton Yogyakarta Kanjeng Raden Tumenggung Jatiningrat.
Selain itu hadir juga para pejabat daerah diantaranya, Pangdam IV Diponegoro, Mayjen TNI Jaswandi, Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo, Sekda DIY, Ketua dan Anggota DPRD DIY, Bupati Walikota se DIY dan sejumlah raja-raja di Nusantara.
Rangkaian Jumenengan Paku Alam X diakhiri dengan Suguhan Beksan Bedoyo Angronakung ciptaan KGPAA Paku Alam II.
Sekadar mengingatkan, KBPH.Suryo Dilogo lahir pada tanggal 15 Desember 1962 atau 18 Rejeb 1894 dengan nama RM.Wijoseno Hario Bimo dan dinobatkan menjadi Putra Mahkota dengan gelar KBPH Suryo Dilogo. Ia menjadi Raja Kadipaten Pakualaman bergelar KGPAA Paku Alam X tepat pada pada usia yang ke 54. (kt1)
Redaktur: Rudi F