BANTUL– Selama 18 tahun banyak berdiri Bank berlabel syariah. Namun, penerapan sistem di Bank tersebut dinilai tidak lebih baik dari Bank Konvensional lainnya. Sebagai upaya meluruskan konsep dan implementasi Bank Syariah, Bank Islam Institute (BAITI), melaunching buku ‘Sistem Bank IRBA’
Pendiri BAITI sekaligus salah satu penyusun Buku Sistem Bank IRBA’, KH. HM. Djawis Masruri mengatakan, fenomena masyarakat muslim yang akhir-akhir ini bergelut dengan riba namun tidak merasa gelisah dan justru merasa bangga, sudah sangat memperihatinkan. Bukan hanya Bank Konvensional, kata Kyai Djarwis, bahkan Bank berlabel Syariah yang ada saat ini ditengarai masih banyak mengandung unsur riba.
“Harta adalah satu dari macam-macmm hal yang akan mendapat dua pertanyaan dari Allah. Satu darimana didapat dan setelah didapat untuk apa harta itu. Berarti sangking pentingnya untuk kita bermuamalah dengan tanpa riba, halal, bahkan yang bisa barokah. Dengan demikian insya Allah Bank IRBA’ ini nanti ke depan akan kita kaji terus sampai kepada perumusan yang syar’i. Insya Allah dan saya yakin itu ada rumusnya . Harapannya kita bermuamalah, bisa untung, tapi bisa berkah,” tuturnya dalam acara Majelis Tasyakur 1 Tahun Bank Islam Institute (BAITI), sekaligus launching buku “Sistem Bank IRBA’ di Kompleks Pondok Pesantren Amumarta, Jejeran, Pleret, Bantul, Mingggu (29/05/2016).
Dikatakan Kyai Djawis, Bank IRBA’ ditujukan untuk bela negara. Sebab menurutnya, suku bunga Bank di Indoesia di kisaran 7% dinilai terlalu tinggi, sehingga tidak bisa berkompetisi dengan negara-negara lain diera masyarakat Ekonomi Asean (MEA) dan persaingan global. Diinformasikan Kyai Djarwis, sekarang Eropa Central Bank (ICB) bunganya sudah 0% , Jepang (-) 2%, Sunchang (Korea) yang baru 10 hari lalu buka di Indonesia, bunganya 0%. Sementara, kata dia, Bank- Bank di Negara-Negara Asia saat ini bunga tertinggi 6 %, sehingga Indonesia yang sekarang masih di kisaran 7 % , belum kompetitif .
“Orang Korea meminjam bank Korea di sini 0%, usaha di sini, (bandingkan) dengan orang Indonesia meminjamkan bank-bank konvensional bunga 8%. Siapa yang untung, siapa yang buntung? Pasti kita yang bangkrut karena kalah kompetitif. Kalau bangkrut apa pilhannya? Kita akan menjadi karyawan mereka. Kata kasarnya kita menjadi kuli di negeri sendiri. Kita menjadi kuli diseluruh aspek perdagangan. Karena perbankan adalah kunci dari permainan perdagangan ekonomi global. Ini yang kita maksudkan untuk bela negara,” papar Kyai Pengasush PP Amumarta ini.
Kyai Djawis optimistis, dengan menerapkan sistem Bank IRBA’ adalah solusi bagi sistem yang kompetitif dengan negara-negara lain di dunia.
“Bank IRBA’ kita title shahih-negatif suku bunga. Itu bisa dilihat di buku, nanti di akad-akad jelas bahwa bank irba itu akan negatif bunga, bahkan lebih dari (-) 2 %, lebih dari bank Jepang yang akan segera dioperasionalkan di Indonesia,” imbuhnya.
Dalam acara yang sama, Wakil Bupati Bantul, H. Abdul Halim Muslih, atas nama Pemerintah Kabupaten Bantul mengapresiasi terbitnya buku sistem Bank IRBA’ . Menurutnya, upaya BAITI yang diprakarsai Kyai Djawis merupakan terobosan baru dan angin segar bagi ummat Islam di Kabupaten Bantu khususnya dan bahkan di Indonesia.
Dikatakan Abdul Halim, lembaga keuangan perbankan yang ada di Kabupaten Bantul semuanya memiliki sistem yang berbeda-beda. Perbedaan sistem ini, kata dia, disebabkan oleh perbedaan ideologi maupun adanya peraturan perundang-undangan yang ada di negara kita.
“Dengan demikian, maka munculnya BAITI sebagai lembaga yang melakukan kajian terhadap sistem perekonomian Islam, khususnya sistem Bank Islam, ini akan semakin menggairahkan kajian kita, karena kita selaku umat Islam tentunya ingin di dalam praktik ekonomi kita ini, disamping menguntungkan, itu juga berkah,” katanya.
Menurut Halim, banyak kritik Bank Syariah yang meskipun menggunakan sistem Mudharabah dan Murabahah, dinilai banyak kalangan belum benar-benar syar’i. Dengan munculnya sistem bank IRBA’ dia berharap akan menggugah ummat Islam tidak hanya di Bantul, melainkan di seluruh Indonesia, untuk mengevaluasi kembali sistem Bank Syariah di indonesia.
“Tentu upaya yang sangat mulia ini akan kita tindak lanjuti, bagaimana kajian ini terus dikembangkan dan dipopulerkan. Gagasan baru ini tentu akan menyempurnakan kehidupan ekonomi yang lebih syar’i. Dan ini yang dituntunggu-tunggu ummat Islam, Bank yang lebih meyakinkan dari sisi bisa memenuhi aqidah maupun syariah,” imbuh Halim yang hadir didampingi Camat Sewon, Drs. Walqodri.
“Tidak menutup kemungkinan ini akan menggoyangkan sistem perundang-undangan kita mengenai keuangan syariat yang ada di Indonesia. Mudah-mudahan bisa merubah, kalau tawaran yang disampaiikan oleh BAITI lebih meyakinkan secara ilmuah, secara diniyah, daripada praktik yang selama ini berkembang dalam sistem perbankan syariah kita,” pungkas Abdul Halim Muslih. (kt1)
Redaktur: Rudi F