Islam Itu Anti Radikalisme, Ini Alasan Kuat dari TGB

YOGYAKARTA– Ulama sekaligus Gubernur Nusa Tenggara Barat (NTB) Dr. TGH Muhammad Zainul Majdi, MA membantah stigma Islam sebagai agama yang menebarkan ajaran intoleran, radikalisme, dan terorisme. Menurut Gubernur Muda yang akrab disapa Tuan Guru Bajang (TGB) ini, ada banyak alasan kuat bahwa Islam sesungguhnya adalah agama yang anti paham-paham menyimpang tersebut.

Dijelaskan TGB, kalau kembali ke konsep-konsep dasarnya, sesungguhnya Islam adalah agama yang paling tidak kondusif untuk radikalisme. Kenapa? Pertama, kata dia, Islam itu sangat eksplisit di dalam menghargai seluruh agama yang ada.

Lakum dinukum waliyadin (agamamu agamamu agamaku agamaku), selesai,” tuturnya dalam dialog nasional bertemakan Radikalisme, Korupsi, dan Pancasila di Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta, Sabtu (17/06/2017) lalu.

Cucu pendiri Ormas Islam terbesar di NTB Nahdlatul Wathan (NW), TGH. M. Zainuddin Abdul Madjid (Tuan Guru Pancor) ini, kemudian menjelaskan alasan kedua. Menurutnya, Islam itu sangat eksplisit di dalam menghormati dan mengapresiasi seluruh keragaman budaya dan sosial yang ada. Ia mengutip Al Qur’an yang Artinya : ”Hai manusia sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah SWT adalah orang yang paling bertakwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah SWT Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal”. (QS. Al- Hujurat : 49/13)

“waja’alnakum syu’uban waqabaila lita’arafu. Tak ada urusan Islam dengan warna kulit, dengan suku, latar belakang suku  dan seterusnya. Islam itu urusannya hanya iman dan amal shalih,” tandas pemecah rekor Museum Rekor Dunia Indonesia (Muri) sebagai Gubernur Termuda di Indonesia saat dilantik pada 28 Oktober 2009, silam.

Kemudian yang Ketiga, imbuh TGB, Islam itu sangat eksplisit di dalam memulaiakan manusia dan seluruh hal yang terkait dengan atribut kemanusiaan. Maka kerja-kerja baik dalam Islam menurutnya harus selalu memenuhi tiga kategori, yaitu; ilahiyah, insaniah, dan akhlaqiyah.

“Secara ketuhanan dia beres, secara kemanusiaan dia oke, dan dalam standar etika yang ada dia juga sesuai. Jadi sebenarnya Islam itu kalau dipahami dengan baik dia tidak hanya agama yang paling tidak kondusif untuk radikalitas atau ekstrimitas, tapi juga pada saat yang sama dia bisa menjadi faktor utama di dalam melawan hal itu,” urai gubernur yang berhasil membawa NTB meraih prestasi sebagai provinsi di dunia yang sukses dalam program Milenium Development Goals (MDGs) oleh United Nations Development Programs (UNDP) atau Badan Program Pembangunan PBB.

Bagaimana meyikapi paham radikal? TGB meniai penting  untuk merubah cara pandang terhadap para pelakunya, dari antipati menjadi empati.  Bukan berarti mentolelir penyimpangan-penyimpangan itu, kata dia,  tetapi mencoba menyelami lebih jauh dan tetap menjadikannya sebagai sahabat.

“Jadi selalu di dalam masalah-masalah sosial alineasi yang dilakukan oleh masyarakat terhadap suatu kelompok tertentu itu berujung kepada sesuatu yang lebih buruk lagi. Kalau memang kita komit sebagai suatu bangsa,  tanpa kecuali mari berbangsa yang baik. Ya, termasuk juga dengan saudara-saudara kita yang sekarang berada dalam pemahaman yang belum pas ini. Mari kita terus berdialog. Karena, kan, mereka sampai kepada pemahaman itu juga karena ada proses indoktrinasi. Maka kita bangun sekarang proses untuk mengembalikan itu,” Urai TGB yang dalam kesempatan tersebut dipanelkan dengan Direktur Pasca Sarjana UIN Sunan Kalijaga, Prof. Dr. Noorhaidi Hasan, MA, M.Phill, Ph.D.

TGB menandaskan untuk berdialog dengan penganut paham radikal,  meniscayakan kemampuan argumentasi yang kuat dan pemahaman yang utuh.

“Dan itu yang bisa melakukannya ya diantaranya kaum intelektual, seperti mahasiswa. Jadi ini tugas kita,” ucap TGB.

Sekadar informasi, TGB tiba di Yogyakarta sejak Sabtu (17/06/2017) pagi sebelumnya telah mengisi sejumlah pengajian dan diskusi di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Universitas Islam Indonesia (UII), dan Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta. Selepas mengisi Pengajian di Masjid UGM, TGB turut memberikan ceramah dalam jama’ah Maiyah asuhan Budayawan MH Ainun Nadjib (Cak Nun) di Tamantirto, Kasihan, Bantul. Rangkaian safari Ramadhan TGB di Yogyakarta berlanjut Minggu (18/06/2017) dengan menghadiri undangan sebagai penceramah di beberapa wilayah di Kabupaten Sleman. (kt1)

Redaktur: Rudi F

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Powered by rasalogi.com