Day of Care Forum Tiga Warna, Geliat Pemuda dari Lereng Merapi Untuk Kebhinnekaan

YOGYAKARTA – Forum Tiga Warna, komunitas pemuda dari tiga padukuhan di Desa Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, menggelar acara bakti sosial ‘Day of Care’ di belakang Museum Gunung Merapi, Minggu (15/04/2018) pagi.

Menurut Ketua Panitia, Sidiq Budiono bakti sosial dalam ‘Day of Care’ berupa kegiatan pemeriksaan gratis, donor darah, pembersihan tempat-tempat ibadah, penghijauan di lingkungan Desa Hargobinangun, serta lomba mewarnai bagi anak-anak TK dan lomba melukis caping bagi anak-anak SD.

“Kegiatan bakti sosial Tiga Warna, Day of Care memiliki tujuan untuk mewujudkan persatuan, kesatuan, dan kebhinnekaan serta menjalin hubungan yang erat dalam hidup bermasyarakat,” ujarnya.

Sidik menambahkan, kegiatan terselenggara berkat dukungan dari berbagai pihak, antara lain Alfa Midi, SAR DIY, Ikatan Keluarga Alumni LEMHANNAS (IKAL) Komisariat DIY, Korem 072/Pamungkas, Museum Gunung Merapi,  Gramedia,PT. NSA, PT EPG, dan BIAS advertising.

Ketua Forum Tiga Warna, Wenas Dwi Anggoro berharap dengan ‘Day of Care’ bertemakan “Dari Lereng Merapi untuk Kebhinnekaan” dapat menjadi sarana edukasi bagi masyarakat untuk dapat meningkatkan atau membangun kesadaran sosial serta mengembangkan rasa moralitas yang tinggi dalam masyarakat luas,

“Program bakti sosial ini menjadi sebuah medium yang baik untuk dapat mengimplementasikan visi dan misi dari Forum Tiga Warna dalam usaha meningkatkan kesadaran masyarakat guna mempererat tali persaudaraan dan menumbuhkan rasa moralitas yang tinggi,” tukasnya.

Dalam kegiatan tersebut Forum Tiga Warna Juga membacakan deklarasi setia kepada Pancasila, Bhinneka Tunggal Ika, UUD 1945, dan NKRI.

Acara Day of Care tersebut dihadiri Wakil Bupati Sleman, Sri Muslimatun, M.Kes; Kepala Kantor Kesatuan Bangsa (Kesbang) DIY, Agung Supriyanto, SH; Dandim 0732/Sleman Lektol Inf Diantoro; Ketua Ikalatan Keluarga Alumni Lemhannas (IKAL) Komisariat DIY, Sugiyanto Harjo Semangun, M. Si; Pembina Forum Tiga Warna, Brotoseno,   Camat Pakem Suyanto; Kapolsek Pakem Kompol Haryanta; Kepala Desa Hargobinangun, Drs. Rushartadi dan segenap jajaran pemerintah Desa Hargobinangun.

Wabub Sleman, Sri Muslimatun dalam sambutannya Mengapresiasi kegiatan Forum Tiga Warna yang digelar semata-mata demi menjaga kebhinnekaan, Pancasila, dan NKRI. Menurutya, pemuda menjadi kekuatan yang luar biasa dalam mengawal setiap perubahan, sejak masa perjuangan merebut kemerdekaan Indonesia,

“Forum Tiga Warna telah menunjukkan semangat yang luar biasa dengan ikrar kebhinekaan. Saat ini bisa jadi kalau pemuda tidak tampil bersama-sama sebagai motor penggeraknya, kita saat ini terancam terpecah-belah. Oleh karena itu kami myambut baik, tetap teruskan langkah ini, buktikan kita bisa bergerak bersama-sama untuk semakin menjaga persatuan dan kesatuan bangsa,” katanya.

Kapala Kesabang DIY, Agung Supriyanto dalam kesempatan yang sama meminta agar kelembagaan Forum Tiga Warna ini cepat disesuaikan sehingga secara organisatoris mendapat legitimasi (Pengesahan) dari Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri),

“Melalui Kesbangpol Sleman bisa, melalui Kesabangpol DIY juga boleh, agar nanti dilegitimasi kemendagri. Saya mengapresiasi kegiatan-kegiatan semacam ini. Tapi saya berharap tidak hanya gebyar saat ini saja, tapi yang penting kelanjutaannya. Ikrar kebhinnekaan harus benar-benar terwujud dalam sikap yang benar-benar Pancasilais,” imbau Agung.

Pembina Forum Tiga Warna, Brotoseno, M.Si, dalam kesempatan yang sama berharap, Forum Tiga Warna bisa menjadi stabilisator dan dinamisator di daerah lereng Merapi, khususnya Desa Hargobinangun. Ia berpesan, ke depan Forum Tiga Warna bisa bekerja sama baik dengan IKAL, TNI-POLRI,Pemerintah Daerah, terutama Pemerintah Desa Hargobinangun.

Ditegaskan Brotoseno, Forum Tiga Warna harus bisa menjadi perekat berbagai perbedaan-perbedaaan serta menegakkan demokrasi sesuai dengan Demokrasi Pancasila. Sebab menurutnya, demokrasi saat ini lebih mengedepankan kebebasan berpendapat, sedangkan demokrasi Pancasila adalah sikap politik yang menghargai perbedaaan berpendapat bukan kebebasan pendapat,

“Bhinneka tunggal ika itu artinya bukan berbebas-bebas tetapi tetap satu, bhinneka tunggal ika itu berbeda-beda tapi tetap satu. Itu artinya jika kita memberi keputusan apapun harus memberikan penghargaan terhadap perbedaan,” tegas Brotoseno yang juga Ketua SAR DIY.

Sementara itu Ketua Ikatan Alumni Lemhannas (IKAL) Komisariat DIY, Sugiyanto Harjo Semangun mengatatakan, IKAL hadir dan mendukung acara forum Tiga Warna karena selaras dengan program Lembaga Ketahanan Nasional.

Dijelaskan Sugiyanto,  inti dari ketahanan nasional adalah sejahtera dan aman.  pembangunan adalah untuk mencapai kesejahteraan rayat, konsep pembangunan harus berkelanjutan (sustainable development),

“Ada tiga sapek, sustainable development, mempunyai aspek ekonomi, aspek sosial atau bermanfaat untuk masyarakat, dan berwawasan lingkungan. Kegiatan Forum Tiga Warna  di lereng Gunung Merapi ini, dari sisi konsep sedianya mencangkup semua itu,” tutur pakar Geo Politik ini.

Di sisi lain, Sugiyanto memaparkan, bagi masyarakat Yogjakarta, Gunung Merapi mempunyai arti yang sangat mendalam, baik secara geografis, demografis, ekonomis, dan yang tidak kalah penting adalah makna filosofis,

“Sudah selakyaknya Gunung Merapi ini kita jaga bersama, oleh semuanya dan oleh siapapun tanpa membeda-bedakan, makanya saya setuju dengan merawat kebhinnekaan seperti yang dilakukan rekan-rekan Forum Tiga Warna ini,” tukasnya.

Sugiyanto menambahkan, kebhinnekaan menjadi penting untuk tetap dijaga dalam era disruptif saat ini, dimana bermunculan inovasi baru yang dinamis namun merusak tatanan yang sudah ada, atau tatanan lama. Untuk menghadapi era disruptif, kata dia, perlu dimunculkan sosio preneur atau community preneur, yang orientasinya dari dan untuk masyarakat,

“Jangan sampai kemudian misalnya jika ada investor di lereng Merapi tidak mensejahterakan masyarakat di sekitarnya. Peran Forum Tiga Warna juga dibutuhkan untuk membangun sosio preneur atau community preneur agar bisa bersinergi dengan investor, pemerintah daerah atau pemerintah desa untuk kesejahteraan bersama masyarakat,” tutup Sugiyanto Harjo Semangun. (rd)

Redaktur: Ja’faruddin. AS

 

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Powered by rasalogi.com