Oleh: Teguh Wiyono, M.Pd.I
Kementrian Kesehatan (Kemenkes) RI gelar rapat kerja kesehatan nasional pada tanggal 5-8 Maret 2018 di Tangerang Banten. Rakernas yang rutin dilakukan setiap tahun tema yang diangkat adalah Sinergisme Pusat Dan Daerah Dalam Mewujudkan Universal Health Coverage. Pembahasan terkait TBC, menurut WHO Global Tuberculosis Report 2016, Indonesia menempati posisi kedua dengan beban TBC tertinggi di dunia dan menjadi penyebab kematian kedua di dunia. Angka TBC di Indonesia berdasarkan mikroskopik sebanyak 759 per100ribu penduduk usia remaja 15 tahun ke atas dengan jumlah laki-laki tertinggi daripada perempuan dan jumlah di kota lebih tinggi dari pada di pedesaan. Kemudian masalah para remaja pengidap rokok, minum-minuman memabukan, pengguna obat terlarang dan pergaulan bebas yang menjadikan remaja terkena HIV/AIDS dan pola pikir remaja yang menurun. Tren insiden kesehatan remaja di Indonesia tidak pernah menurun, masih banyak kasus yang belum terjangkau dan terdeteksi.
Jika kita amati tentunya sangat miris pada kesehatan remaja kita, remaja merupakan generasi penerus bangsa untuk meju atau mundurnya suatau bangsa ditentukan oleh produktifitas para remajanya. Penyebab utama para remaja mengalami kesehatan yang buruk adalah kurangnya pengetahuan tentang menjaga kesehatan. Solusi yang bisa ditawarkan berupa peningkatan deteksi dengan pendekatan pendidikan, karena para remaja masih duduk di bangku pendidikan maka dari itu penggerak untuk para remaja bisa hidup sehat adalah melalui kegiatan/ekstrakulikuler PMR.
Ekstrakulikuler merupakan kegiatan yang menyenangkan sehingga banyak diminati oleh para siswa di sekolah. Para siswa dapat memanfaatkan waktu luangnya untuk mengikuti kegiatan ekstrakulikuler tersebut. Selain dapat digunakan untuk mengisi waktu luang siswa, ekstrakulikuler juga mempunyai banyak manfaat untuk siswa itu sendiri. Tujuan diadakan ekstrakulikuler adalah untuk meningkatkan kedisiplinan, kepribadian, bahkan kreatifitas dan kesehatan siswa. Dengan banyaknya manfaat itu, kegiatan ekstrakulikuler tentu sangat menguntungkan untuk siswa sendiri. Salah satu kegiatan ekstrakulikuler yang mempunyai banyak manfaat adalah ekstrakulikuler PMR.
Palang Merah Remaja atau PMR adalah wadah pembinaan dan pengembangan anggota remaja yang dilaksanakan oleh Palang Merah Indonesia. Terdapat di PMI Cabang seluruh Indonesia dengan anggota lebih dari 1 juta orang. Anggota PMR merupakan salah satu kekuatan PMI dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan kemanusiaan dibidang kesehatan dan siaga bencana, mempromosikan Prinsip-Prinsip Dasar Gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional, serta mengembangkan kapasitas organisasi PMI.
Terbentuknya Palang Merah Remaja dilatar belakangi oleh terjadinya Perang Dunia I (1914 – 1918) pada waktu itu Austria sedang mengalami peperangan. Karena Palang Merah Austria kekurangan tenaga untuk memberikan bantuan, akhirnya mengerahkan anak-anak sekolah supaya turut membantu sesuai dengan kemampuannya. Mereka diberikan tugas – tugas ringan seperti mengumpulkan pakaian-pakaian bekas dan majalah-majalah serta Koran bekas. Anak-anak tersebut terhimpun dalam suatu badan yang disebut Palang Merah Pemuda (PMP) kemudian menjadi Palang Merah Remaja (PMR).
Palang Merah Remaja atau PMR adalah organisasi kepemudaan binaan dari Palang Merah Indonesia yang berpusat di sekolah-sekolah dan bertujuan memberitahukan pengetahuan dasar kepada siswa sekolah dalam bidang yang berhubungan dengan kesehatan umum dan Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan.
Karakter Hidup Sehat
Tujuan pembinaan dan pengembangan PMI, diantarnya: Penguatan kualitas remaja dan pembentukan karakter, anggota PMR sebagai contoh dalam berperilaku hidup sehat bagi teman sebaya, anggota PMR dapat memberikan motivasi bagi teman sebaya untuk berperilaku hidup sehat, anggota PMR sebagai pendidik remaja sebaya, dan anggota PMR adalah calon relawan masa depan.
Dalam PMR dikenalkan 7 Prinsip Dasar yang harus diketahui dan dilaksanakan oleh setiap anggotanya. Prinsip-prinsip ini dikenal dengan nama”7 Prinsip Dasar Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional” (Seven Fundamental Principle of Red cross and Red Crescent).
Pertama, Kemanusiaan. Gerakan Palang Merah dan Bibit Sabit Merah lahir dari keinginan untuk memberikan pertolongan kepada korban yang terluka dalam pertempuran tanpa membeda-bedakan mereka dan untuk mencegah serta mengatasi penderitaan sesama. Tujuannya ialah melindungi jiwa dan kesehatan serta menjamin penghormatan terhadap umat manusia. Gerakan menumbuhkan saling pengertian, kerja sama dan perdamaian abadi antar sesama manusia. Kedua, Kesamaan. Gerakan memberi bantuan kepada orang yang menderita tanpa membeda-bedakan mereka berdasarkan kebangsaan, ras, agama, tingkat sosial atau pandangan politik. tujuannya semata-mata ialah mengurangi penderitaan orang lain sesuai dengan kebutuhannya dengan mendahulukan keadaan yang paling parah.
Ketiga, Kenetralan. Gerakan tidak memihak atau melibatkan diri dalam pertentangan politik, ras, agama, atau ideologi. Keempat, Kemandirian. Gerakan bersifat mandiri, setiap perhimpunan Nasional sekalipun merupakan pendukung bagi pemerintah dibidang kemanusiaan dan harus mentaati peraturan hukum yang berlaku dinegara masing-masing, namun gerakan bersifat otonom dan harus menjaga tindakannya agar sejalan dengan prinsip dasar gerakan.
Kelima, Kesukarelaan, Gerakan memberi bantuan atas dasar sukarela tanpa unsur keinginan untuk mencari keuntungan apapun. Keenam, Kesatuan. Di dalam satu Negara hanya boleh ada satu perhimpunan Nasional dan hanya boleh memilih salah satu lembaga yang digunakan Palang Merah Bulan Sabit Merah. Gerakan bersifat terbuka dan melaksanakan tugas kemanusiaan diseluruh wilayah negara bersangkutan. Ketujuh, Kesemestaan, Gerakan bersifat semesta. Artinya, gerakan hadir diseluruh dunia. Setiap perhimpunan Nasional mempunyai status yang sederajat, serta memiliki hak dan tanggung jawab yang sama dalam membantu sama lain.
Memperkenalkan dan mendorong masalah seputar kesehatan di kalangan remaja merupakan sesuatu keharusan. Bila menjadi anggota PMR, para remaja diharapkan menjadi contoh bagi teman-teman untuk hidup sehat. Berawal dari pengetahuan tentang kesehatan diterapkan kepada diri sendiri, kemudian sebarluaskan. Sebagai anggota PMR, remaja juga harus siap menolong siapapun bila diperlukan, entah di sekolah, juga di lingkungan rumah, yang pasti membuat para remaja menjadi penggerak pola hidup sehat dan membantu siapa pun dengan ringan hati, dengan begitu masa depan bangsa Indonesia untuk maju terbuka lebar. Amin.[*]
*Penulis adalah Dosen di Universitas Terbuka Purwokerto Pada Fakultas Pendidikan