Ansor Siap Bantu Polda DIY Usut Kerusuhan Aksi 1 Mei di Simpang UIN

YOGYAKARTA – Aksi anarkis yang terjadi di Simpang Tiga UIN Sunan Kalijaga pada peringatan hari buruh 1 Mei 2018 yang lalu, mendapat perhatian serius Gerakan Pemuda Ansor Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).

Ketua Pengurus Wilayah Ansor Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Muhammad Syaifudin mengatakan, aksi yang diwarnai dengan pengrusakan pos polisi dan ancaman terhadap Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengku Buwono X adalah upaya pihak-pihak tidak bertanggungjawab untuk merusak dan memecah belah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

“Kita selalu berada di garda terdepan dalam membela negara ini, termasuk dalam hal ini pemerintah daerah DIY. Kita melihat yang terjadi di UIN ada proses menunggangi demo adik-adik di UIN yang diskenariokan oleh pihak-pihak yang ingin memecah belah NKRI. Untuk itulah Ansor DIY siap membantu Polda DIY untuk mengusut tuntas dalang di balik peristiwa ini,” kata Syaifuddin saat menghadiri Kursus Banser Lanjutan (Susbalan) di Balai Desa Margokaton, Kecamatan Sayegan, Kabupaten Sleman, Sabtu (05/05/2018).

Syaifudin menjelaskan, Ansor telah merespons cepat kejadian kerusuhan di simpang UIN. Menurutnya, tak lama berselang setelah pecahnya aksi anarkis, Ansor menerjunkan Banser yang merupakan kader inti untuk merapat ke lokasi dan berkoordinasi dengan Polda DIY dalam membantu mengungkap semua kejadian-kejadian anarkis yang diduga kuat sudah ada skanario dari pihak luar.

Sehari setelahnya, imbuh Syaifudin, Ansor menginisiasi pertemuan dengan berbagai kelompok mahasiswa di UIN Sunan Kalijaga untuk mengantisipasi meluasnya dampak aksi tidak simpatik tersebut,

“Sehari setelah kejadian kami menggelar diskusi di UIN. Kita mencoba langsung masuk ke titik masalah dengan menggandeng Dr. Rozaki, wakil dekan Fakultas da’wah. Peserta diskusi internal kampus, teman-teman pergerakan kita kumpulkan. Peran action Ansor itu agar profokasi tidak meluas, karean kita khawatir kalau itu scenario, maka bisa meluas,” ujarnya.

Terkait keterlibatan sejumlah aktivis Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) yang juga berinduk organisasi dengan Nahdlatul Ulama (NU), Menurut Syaifudin, dalam aksi anarkis tersebut PMII dan aliansi mahasiswa lain hanya ditunggangi dan diprovokasi. Syaifudin menekankan, setelah melihat rekaman yang ada, peserta aksi bukanlah orang-orang yang selama ini dikenalnya,

“Orang-orang itu dengan penutup kepala, dengan bendera merah, itu bukan bendera adik adik PMII. Saya yakin adik PMII bukan bagisn dari yang mencoba melakukan pengrusakan dan mencoba untuk membuat scenario chaos,” tegasnya.

Syaifudin menegaskan, disintegrasi, intoleransi, dan upaya mengganggu kedaulatan NKRI menjadi bagian dari fokus Ansor. Sebab, kata dia, NU sebagai induk organisasi memberikan wawasan bahwa NKRI sudah final,

“Dan hasil riyadah para kyai, kita semua diwajibkan bela negara mulai dari tingkat yang paling rendah. Oleh karena itu, Ansor sebagai kader utama di NU senantiasa menyiapkan diri para kader untuk pembelaan atau penjagaan garis-garis kesatuan ini,” pungkasnya. (rd)

Redaktur: Ja’faruddin. AS

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Powered by rasalogi.com